"Itu cukup cepat dibandingkan dunia yang sekarang (ekonominya tumbuh) tiga persenan. Sementara negara berkembang itu sekitar empat persenan. Jadi kita boleh dikatakan di atas rata-rata pertumbuhannya," ungkap Raden dalam acara 'Proyeksi Ekonomi Indonesia Pasca Pemilu 2024' yang diselenggarakan DPP Partai NasDem, secara daring, Kamis, 30 Mei 2024.
Mengibaratkan seperti sebuah kapal, kata Raden, Indonesia saat ini berlayar menuju cita-cita Indonesia Emas yang ditargetkan pemerintah mampu diwujudkan pada 2045.
Pada mimpi tersebut, Indonesia bisa keluar dari negara yang terjebak pada status pendapatan menengah atau middle income trap dan berhasil masuk ke dalam jajaran negara maju dan sejahtera.
Namun menurutnya, dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata lima persen, Indonesia akan sulit menggapainya. Butuh pertumbuhan di atas enam persen jika ingin menjadikan Indonesia sejajar dengan Jepang, Prancis, hingga Amerika Serikat (AS).
"Kapal Indonesia punya tujuan atau destinasi, ini yang kita sebut sebagai Indonesia Emas. Kita harus bertumbuh di atas enam persen atau enam knot per jam. Tidak bisa dengan kecepatan lima knot saja (lima persen pertumbuhan ekonomi), tapi harus di atas enam knot," tegas dia.
Baca juga: ADB Yakin Pembangunan IKN Rangsang Pertumbuhan Ekonom |
Peran krusial nakhoda
Tak dipungkiri, kata Raden, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia terus-terusan hanya tumbuh sebesar lima persen secara rata-rata, maka realisasi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju akan terus mundur.
Karena itu, tegas dia, Indonesia butuh nakhoda yang mumpuni dan kompeten membawa kapal berlayar menuju destinasi Indonesia Emas. Terlebih kapal Indonesia saat ini memiliki mesin yang relatif muda, berkat dominasi penduduk usia produktif.
"Negara kita itu mesin kapalnya relatif muda. Kalau mesin yang sudah tua, dia harus revitalisasi, dan itu tidak mudah. Kapal kita ini masih muda, dapat berlayar dengan kecepatan cukup kencang," tutur Raden kembali mengibaratkan pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti sebuah kapal yang sedang berlayar.
Raden menjelaskan, peran nakhoda sangat krusial dalam membawa kapal ke tempat tujuan dengan aman, nyaman, dan selamat. Jika nakhoda ugal-ugalan dalam membawa kapal berlayar, maka kapal pun akan semakin lama bersandar di tempat tujuan.
"Manakala pembuat kebijakan itu terlampau populis dalam membuat kebijakannya, kita ingatkan. Pembuat kebijakan kadang-kadang hanya bertujuan destinasi jangka pendek yang itu kadang-kadang bisa membuat persoalan sendiri. Itu harus kita ingatkan untuk tegas dalam memperhatikan sasaran jangka menengah dan panjang," terang Raden.
Jika mendapatkan nakhoda yang kompeten dan bertanggung jawab, lanjut dia, maka Indonesia akan mendapatkan kelas menengah yang besar dan tangguh dengan lapangan kerja yang produktif, pertumbuhan ekonomi yang besar, serta tingkat kemiskinan yang kecil.
"Ini yang harus dipersiapkan, pastikan seluruh mesin dan kemudi berfungsi dengan baik, sama seperti instrumen-instrumen ekonomi, bahan bakar atau layar yang memadai. Kapten atau juru mudi dan awak kapal harus lengkap semua. Bahkan jangkar yang baik, terutama pada saat kita mengendalikan kapal untuk berlayar mencapai tujuan," jelas Raden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News