Banyak faktor yang memengaruhi kenaikan ini. Salah satunya adalah situasi perang Rusia-Ukraina. Sementara itu inflasi sendiri sudah mencapai angka 4,35 % dan merupakan angka tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menyebutkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejauh ini masih kuat dalam memberikan subsidi. Namun, bila Indonesian Crude Price (ICP) sudah mencapai lebih dari $100 per barrel, pengeluaran anggaran subsidi harus dipertimbangkan kembali.
"Saya kira memang kalau sampai tahun ini mungkin masih ada ruang, ketika harga Indonesian Crude Price (ICP) itu masih sekitar 100. Tapi begitu dia di atas 100 atau 110 maka kalau dihitung-hitung tidak akan cukup kuat subsidi itu diberikan begitu," ujar Tauhid dalam tayangan Editorial MI di Metro TV, pada Selasa, 12 Juli 2022.
Ia menambahkan, pemerintah bisa menaikkan harga subsidi secara bertahap saat harga minyak mentah terus naik. Selain itu, pemerintah juga bisa mengurangi kuota subsidi seperti hanya kendaraan tertentu saja yang bisa memakai Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
"Memang ada 2 pilihan ketika harga minyak mentah naik, yang pertama tadi menaikkan secara bertahap yang subsidi. Pilihan keduanya adalah mengurangi kuotanya yang subsidi, dengan cara apa, dengan cara yang dilakukan sekarang dengan Mypertamina itu yang dilakukan," tambah Tauhid.
Sejauh ini pemerintah sudah menaikkan harga BBM non subsidi pada Minggu, 10 Juli 2022. Kenaikan pada BBM subsidi pun masih dipastikan belum akan dilakukan. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News