"Kita pertimbangkan ini di dalam terus menjaga ekonomi Indonesia, karena ekonomi Indonesia sama seperti semua ekonomi di dunia yang terbuka. It's always affected dari environment yang kita sekarang perhatikan," ujar Sri Mulyani dalam BRI Microfinance Outlook secara virtual, Kamis, 10 Februari 2022.
Bendahara Negara itu menyampaikan rata-rata utang di negara lain sudah tumbuh di atas 15 persen. Sebab, sebelum pandemi negara-negara tersebut sudah menetapkan batas maksimal rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 60 persen, maka rasio utang pada saat pandemi bisa mencapai 75 persen.
"Bahkan banyak emerging country (negara-negara berkembang) sekarang yang debt to GDP ratio-nya mendekati atau bahkan mencapai 90 persen dari GDP," tuturnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, sebenarnya lonjakan utang di tengah pandemi covid-19 merupakan hal yang wajar. Karena hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan perekonomian domestik negara mereka agar tidak terjadi krisis berkepanjangan.
Indonesia pun demikian, dimana rasio utang terhadap PDB saat ini sudah mencapai 41 persen dari batas maksimalnya sebesar 30 persen. Namun demikian, Indonesia dinilai mampu menahan laju utang dibandingkan negara lain.
"Indonesia menambah sekitar 10,8 persen defisitnya. Apakah itu besar? Besar untuk ukuran kita karena debt to GDP ratio kita yang tadinya ada di kisaran 30 persen sekarang 41 persen. Tapi kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain yang defisitnya melebar lebih dari 10 persen, maka kita menyadari Indonesia tidak satu-satunya yang menggunakan countercyclical," tegas Sri Mulyani.
Misalnya Filipina yang angka defisitnya naik hingga 13,4 persen. Kemudian Arab Saudi yang naik hingga 14 persen, Afrika Selatan naik 19 persen, Brasil melonjak 19 persen, serta India yang defisitnya melebar hingga 24 persen hanya dalam waktu dua tahun akibat covid-19.
"Sehingga debt to GDP ratio mereka melonjak tinggi, bahkan sebagian dari negara-negara itu debt to GDP ratio sebelum covid-19 sudah lebih tinggi dari Indonesia. Indonesia dalam hal ini debt to GDP ratio ada di kisaran 28 sampai 30 persen, dan sekarang naik di sekitar 40 sampai 41 persen," pungkas Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News