Kedatangan pimpinan Bappenas Tiongkok, kata Sofyan sebagai bentuk tindak lanjut atas komitmen antara Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Tiongkok Xi Jinping ketika bertemu dalam acara APEC Summit yang digelar di Bangkok, beberapa waktu lalu.
Sofyan mengatakan, banyak pembicaraan mengenai kerjasama ekonomi dalam pembangunan proyek infrastruktur khususnya untuk tol laut seperti yang didengungkan Presiden Jokowi.
"Mereka menanyakan maritim kita, bagaimana kerjasama di infrastruktur bisa berlanjut," tutur dia.
Sofyan menjelaskan, untuk program infrastruktur, Tiongkok memang memiliki kapasitas yang lebih dalam kecanggihan teknologi. Misalnya, untuk pembangunan 36 pelabuhan, dengan membangun industri galangan kapal, Tiongkok mau membiayai.
Pemerintah Tiongkok mensponsori Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), disamping itu Tiongkok punya bank besar seperti National Development Bank of China (NDBC) yang bisa dipotensikan sebagai sumber pembiayaan infrastruktur selain World Bank(WB), dan Asian Developman Bank (ADB). Begitu juga dengan perbankan komersial Tiongkok yang memiliki kapasitas untuk memberikan pinjaman. Namun tentunya perlu bicara lebih detail supaya solusinya satu paket.
"Mereka mengatakan itu sumber pendanaan jangka panjang yang dimungkinkan untuk pendanaan infrastruktur Indonesia. Namun perlu ada technical meeting sehingga bisa kita lihat sebuah paket, paket teknologinya, paket pinjamannya tergantung kompetitif atau tidak," tuturnya.
Karena, sebagaimana diketahui, untuk pembangunan infrastruktur, pemerintah sedang menggenjot agar sebisa mungkin menggunakan pinjaman bilateral. Selama ini yang memberikan tawaran adalah Jepang, World Bank, Asian Development Bank (ADB), dan Tiongkok. Namun, untuk porsi pinjaman, Sofyan enggan menyebutkan.
"Saya tidak bisa men-disclose angkanya. Intinya kita akan menggunakan sebanyak mungkin untuk infrastruktur ini dengan pinjaman bilateral atau multilateral sehingga term-nya lebih panjang, interest ratenya biasanya jauh lebih murah dari pinjaman komersial. Tapi tentu tidak menutup kemungkinan pinjaman komersial. Tapi dengan menggunakan ini jauh lebih fleksibel bagi Indonesia," ungkap dia.
Lebih lanjut, pertemuan ini juga membicarakan mengenai peningkatan ekspor Indonesia ke Tiongkok, begitu juga dengan industri di Tiongkok bisa relokasi ke Indonesia dengan membangun kawasan industri.
"Nanti industri yang sudah tidak bisa kompetisi di Tiongkok lagi karena upah buruhnya sangat meningkat bisa relokasi ke Indonesia. Kemudian dari Indonesia bisa memjadi basis produksi dan basis ekspor, termasuk ke Tiongkok sendiri maupun ke negara lain," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News