Dalam survei konsumen yang dipublikasikan Bank Indonesia (4/7), IKK pada Juni juga turun ke level 116,3, dari sebelumnya sebesar 116,9.
Pelemahan keyakinan konsumen tersebut disebabkan oleh turunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dibandingkan dengan enam bulan lalu, terutama dalam ketersediaan lapangan kerja.
Pelemahan IKK terjadi di 10 kota dari 18 kota yang disurvei. Penurunan terbesar terjadi di Mataram (9,1 poin), dan Manado (8 poin). Berdasarkan tingkat pengeluaran, penurunan IKK terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pemgeluaran di atas Rp5 juta per bulan.
Turunnya persepsi warga terhadap kondisi ekonomi akhir-akhir ini tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang melemah 1,1 poin ke level 111,1. Lemahnya indeks disebabkan oleh penurunan ideks ketersediaan lapangan kerja (2,2 poin), indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (0,8 poin), dan indeks penghasilan saat ini (0,3 poin).
Pelemahan itu terjadi di 13 kota, dengan penurunan terbesar terjadi di Mataram (12,3 poin, dan Manado (9 poin). Berdasarkan tingkat pengeluaran, penurunan terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp5 juta.
"Masyarakat cenderung untuk menunda pembelian barang-barang elektronik dan furniture seiring dengan kenaikan harga bahan pokok dan persiapan menjelang puasa," demikian mengutip hasil survei.
Pelambatan konsumsi rumah tangga ini tentu berimplikasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebab, kontribusi pengeluaran masyarakat berkurang terhadap pergerakan ekonomi nasional.
"Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini hanya berada pada kisaran 5,2%-5,3%, sama dengan pertumbuhan kuartal I. Padahal secara siklusnya, kuartal II pertumbuhan seharusnya lebih tinggi," ujar Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Solihin M. Juhro, usai rapat tertutup dengan Badan Anggaran di Kompleks Gedung DPR, Jakarta, Jumat (4/7/2014).
Meski terkontraksi, menurut dia, konsumsi domestik masih cukup tinggi. Sebab, daya beli terbantu oleh adanya belanja Pemilihan Presiden yang akan dilaksanakan pada 9 Juli 2014.
Hanya saja, pertumbuhan kurang terakselerasi karena lesunya ekspor terutama sektor pertambangan dan mineral. Sementara ekspor minyak sawit mentah, manufaktur, kimia, dan kayu masih meningkat.
Di sisi lain, kontribusi investasi langsung dan konsumsi juga belum alami perubahan jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
"Kita harapan proyeksi kita di kuartal III sudah mulai pembaikan. Misalkan permasalahan di dalam kayak minerba di kuartal III sudah ada progres. Ditambah perbaikan di negara-negara maju sehingga semestinya ekspor lebih baik. Terutama dari sisi volume. Harga sih masih turun tapi agak landai," harap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News