Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa. FOTO: Bappenas
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa. FOTO: Bappenas

Kolaborasi Solid Kunci Indonesia Bangkit dari Covid-19

Suci Sedya Utami • 06 November 2020 08:07
Jakarta: Jalan pemerintah untuk mengkolaborasikan penanganan kesehatan dan ekonomi sejak awal pandemi covid-19 kini membuahkan hasil. Lambat laun, Indonesia mulai bangkit dan makin berdaya. Pemerintah memang bersikeras untuk tidak mendahulukan salah satu di antara kedua pilihan tersebut.
 
Sebab keduanya ibarat sayap angsa, apabila salah satunya tidak berfungsi dengan baik, maka angsa tidak bisa terbang untuk bermigrasi dan menyelamatkan diri ketika musim dingin tiba. Tagline kesehatan pulih ekonomi bangkit pun dipilih untuk digemakan di seluruh negeri, menerangkan bahwa sesungguhnya pemerintah berkomitmen mengatasi keduanya.
 
Di sisi ekonomi, perbaikan mulai terlihat. Hal ini bisa dilihat dari data pada kuartal ketiga 2020. Meski masih mengalami kontraksi layaknya negara di berbagai belahan dunia, namun angkanya mulai mengecil.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal ketiga pertumbuhan ekonomi minus 3,49 persen. Angka ini makin mengecil dibanding realisasi di semester sebelumnya yang tercatat minus 5,32 persen. Bahkan secara kuartalan (quarter to quarter/q-to-q) Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan positif 5,05 persen dibanding kuartal kedua.
 
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa pun menilai capaian ini patut dibanggakan dan disyukuri karena menunjukkan proses adaptasi ekonomi Indonesia di tengah kondisi pandemi berhasil dilakukan. Kontraksi tersebut tidak lebih dalam dibanding negara lainnya yang juga diterjang badai pandemi global ini.
 
"Kita perlu syukuri ada kemajuan. Ini menandakan kebijakan yang diambil pemerintah menunjukkan responsif dan adaptif terhadap perkembangan bahwa kita tetap melakukan keseimbangan tidak menomorsatukan kesehatan saja dengan meninggalkan ekonomi. Tapi dua hal itu seperti sayap angsa," kata Suharso, di Jakarta, Kamis, 5 November 2020.
 
Apalagi Indonesia memiliki visi fundamental di 2024 menjadi negara dengan kekuatan ekonomi lima besar dunia. Mau tidak mau, suka tidak suka, Indonesia harus membajak krisis sebagai sebuah momentum untuk melompat maju. Pandemi tidak menjadi alasan bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan meski dalam keterbatasan.
 
Capaian ini tentu akan sulit terealisasi apabila tidak ada kerja sama dari semua pihak. Di masa pandemi ini, kolaborasi antara pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan masyarakat sebagai implementor menjadi penting untuk menjinakkan virus dan mengembalikan ekonomi tetap berputar.
 
Demi memastikan kedua prioritas ekonomi dan kesehatan pulih, pemerintah telah mengalokasikan anggaran penanganan covid-19 sebesar Rp695,2 triliun. Alokasi tersebut diperuntukkan untuk menangani kesehatan, perlindungan sosial dan dukungan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dunia usaha, serta pemerintah daerah (pemda).
 
Bila dirinci, alokasi penangan kesehatan Rp87,55 triliun, insentif bagi dunia usaha Rp120,61 triliun, UMKM Rp123,46 triliun, pembiayaan koperasi Rp53,57 triliun, sektoral kementerian/lembaga dan pemda Rp106,11 triliun, serta yang tidak kalah penting perlindungan sosial dalam bentuk bantuan sosial dan bantuan produktif lainnya demi menjaga daya beli masyarakat agar tetap terjaga sebesar Rp203,90 triliun.
 
Daya beli membaik
 
Alokasi perlindungan sosial sebagai bantalan bagi masyarakat pun kini membuahkan hasil. Masih berdasarkan data BPS, pada kuartal ketiga terjadi perbaikan daya beli rumah tangga yang terefleksikan oleh konsumsi rumah tangga. Meskipun masih terkontraksi, namun makin membaik. Di kuartal ketiga konsumsi tercatat minus 4,04 persen, membaik dibanding kuartal sebelumnya yang minus 5,52 persen (year on year/yoy).
 
Untuk terus memperbaiki konsumsi rumah tangga, pemerintah akan memaksimalkan belanja pemerintah sebagai penggerak dan stimulus. Di kuartal ketiga, belanja pemerintah tumbuh 9,76 persen (yoy) atau berbalik dari kuartal kedua yang tercatat minus 6,9 persen. Capaian belanja pemerintah di kuartal ketiga juga tercatat naik 17 persen dari kuartal sebelumnya.
 
Ke depan, belanja pemerintah akan menjadi lokomotif sehingga diharapkan mengangkat konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi faktor utama penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.
 
Pengamat Indef Abra Talatov pun berpandangan konsumsi rumah tangga menjadi faktor yang penting untuk menggerakkan produktivitas dunia usaha dan industri. Apabila permintaan (demand) dari masyarakat lesu maka akan membuat dunia usaha tidak bisa melakukan ekspansi bisnis.
 
"Permintaan menjadi faktor utama untuk menggerakkan sektor produktif seperti UMKM," kata Abra.
 
Makin produktif
 
Salah satu contoh UMKM yang makin produktif di tengah pandemi yakni konveksi milik Asih Wijayanti yang terletak di Jalan Pamugaran, Limbangan, Kelurahan Mertasinga, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap.
 
Pandemi covid-19 memang sempat memukul usahanya yang bergerak membuat produk seperti gorden, taplak meja dan taplak kulkas. Ribuan pesanan yang telah siap dikirimkan tiba-tiba dibatalkan oleh konsumen.
 
Namun hal tersebut tidak menyurutkan Asa Asih. Berbekal keterampilan menjahit, Asih pun mencoba untuk mendiversifikasi produk usahanya. Minimnya pasokan Alat Pelindung Diri (APD) berupa baju hazmat dan masker di awal pandemi, memberikan inspirasi bagi Asih.
 
Wanita 49 tahun ini pun berinisiatif membuat masker kain dan merancang baju hazmat bagi kebutuhan paramedis. Asih mengaku banyak pesanan baju hazmat salah satunya dari Wisma Atlet Jakarta yang disulap menjadi rumah sakit bagi penderita covid-19 yang memesan 5.000 baju hazmat.
 
Asih merupakan mantan karyawan di PT Pantja Niaga, sebuah perusahaan pelat merah yang kemudian merger dengan dua perusahaan lain menjadi Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Ia terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada 2005. Namun, sekarang ia tidak pernah menyangka usaha konveksinya berkembang pesat.
 
Terlebih di masa pandemi ini, usaha yang dilakukan sangat membantu perekonomian para karyawan. Jumlah karyawan malah bertambah, dari 23 orang menjadi 26 orang. Bagi Asih, tidak melulu sukses meraup keuntungan materi, namun bagaimana dirinya berguna untuk memberdayakan warga lain.
 
“Alhamdulillah yang lebih penting dari usaha yang berjalan dan keuntungan, bahwa apa yang kita lakukan bisa membantu perekonomian tetangga dan warga sekitar. Itu kepuasan tak ternilai,” aku Asih.
 
Berburu vaksin
 
Agar kisah inspiratif Asih lainnya tetap berjalan dan makin banyak, pemerintah memandang pemberian stimulus saja tidak cukup namun juga harus dibarengi dengan upaya dalam memulihkan kesehatan. Untuk itu, keberadaan vaksin sangat dibutuhkan.
 
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) diberi mandat Presiden Joko Widodo untuk berburu vaksin ke berbagai negara seperti Korea Selatan, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Swiss. Perburuan dilakukan Erick secara cepat agar tidak terlambat.
 
Setidaknya hingga Oktober 2020, berdasarkan data yang dipublikasikan dalam laporan tahunan pemerintah, Indonesia telah menggandeng tiga perusahaan vaksin Tiongkok yakni Sinovac Biotech Ltd yang bekerja sama dengan Bio Farma untuk memasok bahan baku vaksin sebanyak 143 juta dosis.
 
Kemudian Sinopharm yang bekerja sama dengan Kimia Farma untuk 65 juta dosis, dan CanSino sebanyak 15 juta hingga 20 juta dosis. Lalu dari AstraZeneca perusahaan asal Inggris yang memasok sebesar 100 juta dosis.
 
Rencananya sebanyak 376 juta vaksin akan datang ke Indonesia dalam lima tahap. Tahap I atau pada kuartal IV 2020 akan datang sebanyak 36 juta vaksin. Lalu tahap II pada kuartal I-2021, yakni 75 juta vaksin. Tahap III atau kuartal II-2021 datang 105 juta vaksin. Tahap IV atau kuartal III-2021 datang 80 juta vaksin. Tahap V atau kuartal IV-2021 datang 80 juta vaksin.
 
Di samping mendatangkan dari luar, Indonesia juga tengah menyiapkan vaksin Merah Putih buatan dalam negeri. Melalui lembaga biomolekuler Eijkman yang memimpin konsorsium pengembangan vaksin covid-19 yang berupa protein rekombinan. Vaksin Merah Putih ditargetkan selesai pada pertengahan 2021.
 
Erick berpesan adanya vaksin tidak berarti membuat penerapan protokol kesehatan menjadi longgar. Menurut Erick, masyarakat tetap perlu menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan serta menjaga jarak. Ia mengingatkan kunci keberhasilan penanganan covid-19 yakni kepatuhan masyarakat dalam menaati protokol kesehatan.
 
"Saya harapkan kita menjaga protokol kesehatan dengan baik, jangan juga ada vaksin nanti protokolnya longgar," kata Erick.
 
Hingga Kamis, 5 November 2020, tercatat jumlah pasien sembuh bertambah 3.860 menjadi 357.142 orang dari satu hari sebelumnya yang sebesar 353.282 orang. Bila di rata-rata nagka kesembuhan pasien dalam sehari berkisar antara 3.000-4.000 orang. Sementara jumlah kasus covid-19 di Tanah Air saat ini mencapai 426.000.
 
Juru Bicra Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan tren penambahan kasus aktif kian menurun. Bahkan berada di bawah rata-rata dunia. Saat ini penambahan kasus positif 4.065 atau 12,75 persen. Sementara penambahan kasus aktif dunia 25,8 persen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan