"Kelihatannya perkiraan begitu, melebar dari kuartal II-2018. Kemungkinan ya (di atas tiga persen dari PDB)," kata Darmin di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat, 9 November 2018.
Dirinya menambahkan defisit transaksi berjalan yang lebih besar disebabkan oleh pertumbuhan impor yang tinggi. Hanya kenaikan pertumbuhan impor merupakan dampak dari ekonomi Indonesia yang tetap tumbuh di tengah tekanan global.
"Karena memang pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi, sehingga impornya jalan. Kita memang menghadapi persoalan, setelah perang dagang itu, ada India bikin bea masuk tinggi terhadap CPO, ekspor kita ke AS sedikit melambat," jelas dia.
Menurut dia, pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan untuk menjaga CAD agar tetap terjaga. Hanya saja berbagai kebijakan yang diambil pemerintah tidak bisa berdampak langsung, sehingga dibutuhkan waktu untuk melihat dampaknya.
"Kenapa terjadi defisit? Impor tetap tinggi, ekspornya enggak mampu mengimbanginya. Jangan kalian anggap oh semua akan berubah gara-gara (defisit) ini, enggak. Tapi kan tetap saja ada yang terpengaruh, bukan enggak ada," pungkasnya.
Pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan mencapai USD8 miliar atau sekitar tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara pada kuartal III-2017, CAD mencapai USD4,3 miliar atau 1,65 persen terhadap PDB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News