Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara. Medcom/Annisa AYu.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara. Medcom/Annisa AYu.

Defisit Transaksi Berjalan Jadi Tantangan Terberat RI di 2019

Husen Miftahudin • 27 Maret 2019 21:26
Jakarta: Bank Indonesia (BI) optimistis kondisi ekonomi RI tahun ini akan lebih baik dan stabil ketimbang tahun lalu. Dari tiga faktor stabilitas ekonomi, defisit transaksi berjalan alias current account deficut (CAD) masih menjadi tantangan terberat bank sentral dan pemerintah.
 
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menilai dua faktor stabilitas ekonomi seperti inflasi dan kebijakan suku bunga acuan The Federeal Reserve sudah aman. Sementara, CAD masih menghantui lantaran posisinya kian melebar.
 
Sepanjang 2018, misalnya, posisi CAD Indonesia sebesar USD31,1 miliar atau 2,98 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih lebar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD17,3 miliar atau 1,7 persen PDB.

"Dari tiga faktor itu, tinggal satu faktor yang kita harus pantau dan itu penting untuk kebijakan moneter ke depan. Tapi minggu lalu BI sudah memastikan bahwa likuiditas itu akan cukup, likuiditas akan ada di sistem perbankan agar perbankan bisa tumbuh kreditnya," ujar Mirza di kompleks perkantoran BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 27 Maret 2019.
 
Mirza mengatakan BI bersama pemerintah telah berkoordinasi dan melakukan reformasi struktural guna menurunkan posisi CAD hingga 2,5 persen dari PDB. Reformasi struktural dilakukan dengan mengendalikan impor, mendorong ekspor, dan mengembangkan pariwisata guna meningkatkan devisa.
 
"Kami selalu sampaikan bahwa CAD kita harus usahakan berada di bawah tiga persen, kita harus berusaha akan menuju ke 2,5 persen dari PDB. Kita harus usahakan dalam jangka menengah panjang, kita harus buat structural reform dimana CAD jangan di atas dua persen PDB," jelas Mirza.
 
Terkait kebijakan suku bunga Amerika Serikat, Mirza meyakini Fed Fund Rate hampir mencapai puncaknya sehingga tidak memungkinkan bagi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunganya. Bila naik, hanya terjadi satu kali di tahun ini.
 
"Terkait Fed, policy-nya mudah-mudahan lebih jinak dibanding periode 2013-2018, jadi itu membantu situasi pendanaan di Indonesia. Fed policy ini akan mempengaruhi terhadap aliran modal masuk ke Indonesia atau aliran modal keluar dari Indonesia," ungkap Mirza.
 
Sementara terkait inflasi, beber dia, inflasi Indonesia selama kurun waktu empat tahun terakhir selalu terjaga di kisaran tiga sampai 3,5 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang 2018 inflasi sebesar 3,13 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan inflasi sebesar 3,61 persen.
 
"Itu adalah salah satu hal yang bisa menjaga stabilitas dengan baik. Itu juga adalah salah satunya, karena inflasi terjaga dengan baik," tutup Mirza.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan