DBS. Foto : AFP.
DBS. Foto : AFP.

Jika Situasi Membaik, DBS Perkirakan Sektor Konsumsi Mulai Menguat

Arif Wicaksono • 14 Juni 2020 14:00
Jakarta: Sektor konsumsi Indonesia masih didorong oleh permintaan domestik dan sebagian besar dipengaruhi oleh konsumsi kelas menengah ke bawah. Selain itu, konsumsi oleh kelompok ini bergantung pada subsidi sosial atau bantuan dari pemerintah.  
 
Sektor ini sedikit terbantu oleh paket stimulus senilai Rp405 triliun untuk membantu orang kurang mampu dan perekonomian selama masa pandemi covid-19.
 
Sekitar Rp110 triliun akan dialokasikan untuk program jaring pengaman sosial (terutama untuk penduduk miskin atau berpenghasilan rendah), seperti program bantuan keluarga, bantuan makanan, dan bantuan langsung tunai. Ini diharapkan akan membantu mendukung konsumsi di Indonesia selama masa pandemi covid-19. 

DBS pun memperkirakan bahwa berdasarkan atas indeks terbaru, April adalah bulan terlemah dalam konteks konsumsi. DBS  juga melihat konsumsi mulai pulih sebagian pada akhir Mei karena Hari Raya Lebaran. Selain itu, konsumsi pada Juni benar-benar tergantung pada apakah ada pelonggaran social distancing.
 
"Secara keseluruhan, kami melihat konsumsi pada triwulan kedua 2020 kemungkinan besar akan melemah walau perlahan-lahan akan meningkat pada triwulan ketiga 2020, dengan asumsi pelonggaran pembatasan sosial mulai Juni/Juli dan situasi covid-19 membaik," kata DBS dalam hasil riset yang dipublikasikan oleh Analis Bank DBS, Alfie Yeo, Andy Sim, Cheria Widjaja dan Nantika Wiangphoem, Minggu, 14 Juni 2020.
 
DBS yakin bahwa pemulihan bertahap diperkirakan pada paruh kedua 2020. Solusinya akan berbeda jika adanya wabah gelombang kedua yang bisa menganggu pemulihan secara bertahap dalam beberapa fase.
 
"Pembukaan kembali pasar diharapkan akan meningkatkan permintaan daging untuk produk yang membutuhkan bahan baku protein hewani," kata dia.
 
Volume penjualan minuman dan makanan juga bisa meningkat saat konsumen kembali. Namun, DBS memperkirakan pemulihan permintaan akhir lebih lambat untuk produk-produk kebutuhan dasar dan pokok mengingat penjualan cukup kuat selama periode ini. DBS mengatakan bahwa sektor konsumer tetap defensif selama masa pandemi covid-19 karena produk mereka bersifat mendasar
 
"Hasil triwulan pertama 2020 sebagian besar sesuai dengan perkiraan kami. Semua perusahaan barang-barang kebutuhan pokok dan perusahaan budidaya unggas telah melaporkan hasil triwulan pertama 2020, yang sebagian besar sesuai dengan perkiraan kami," jelas dia.
 
Sementara itu, EBIT (earnings before interest and taxes, penghasilan sebelum bunga dan pajak) INDF tumbuh sebesar 33 persen, yoy, didorong oleh peningkatan margin di semua divisi.
 
DBS menjelaskan bahwa perusahaan makanan kemasan mendapatkan manfaat dari orang-orang yang tinggal di rumah. Karena banyak anggota masyarakat sekarang belajar/bekerja dari rumah ketimbang di sekolah/kantor maka masyarakat beralih dari makan di luar menjadi memasak sendiri di rumah.
 
"Dengan demikian, kami berpendapat bahwa makanan kemasan, seperti, mi instan, camilan, dan makanan beku, mungkin mengalami peningkatan penjualan selama situasi covid-19 ini. Penjualan mi instan di Indonesia juga biasanya tinggi saat ekonomi lemah karena harganya terjangkau," kata dia.
 
DBS memperkirakan bahwa permintaan normal kembali pada triwulan ketiga 2020 setelah situasi pandemi covid-19 membaik melalui pelonggaran kebijakan social distancing.
 
"Kami memproyeksikan konsumsi perlahan-lahan meningkat untuk mendorong pendapatan perusahaan konsumen saat bisnis mulai beroperasi dan pekerja memperoleh pendapatan dengan kembali bekerja," jelas dia.
 
Namun, DBS melihat pemulihan konsumsi di kalangan konsumen berpenghasilan rendah jauh lebih lambat dari konsumen berpenghasilan menengah.
 
"Oleh karena itu, kami yakin permintaan akan meningkat secara bertahap. Risiko utama perkiraan kami adalah gelombang kedua infeksi, yang akan menghambat pemulihan konsumsi," jelasnya.            
 
Perawatan Pribadi
 
Untuk segmen produk perawatan pribadi, dampak covid-19 kurang signifikan pada kedua perusahaan ini karena fokusnya pada barang-barang kebutuhan pokok dan kesadaran konsumen lebih tinggi akan kebersihan pribadi. Selain itu, produk perawatan rumah juga merupakan penerima manfaat karena semakin banyak orang tinggal di rumah.
 
"Selain itu, kami berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan ini mungkin mendapat manfaat dari panic buying karena konsumen membeli produk-produk rumah tangga atas kekhawatiran tidak bisa keluar rumah selama masa pandemi covid-19," jelas DBS.
 
Namun, DBS berpendapat bahwa penjualan akan kembali normal pada paruh kedua 2020 karena penggunaan produk-produk ini kemungkinan tidak meningkat. Dengan demikian, produk yang disimpan oleh konsumen pada Maret/April akan digunakan pada paruh kedua 2020.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan