Sementara, secara tahunan inflasi IHK Januari 2022 tercatat 2,18 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,87 persen (yoy).
"Perkembangan ini dipengaruhi oleh penurunan inflasi kelompok volatile food dan administered prices, di tengah kenaikan inflasi inti," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, dalam siaran persnya, Kamis, 3 Februari 2022.
Adapun inflasi inti pada Januari 2022 tercatat 0,42 persen (mtm), meningkat dari inflasi pada Desember 2021 sebesar 0,16 persen (mtm). Berdasarkan komoditasnya, kenaikan inflasi inti terutama dipengaruhi oleh inflasi komoditas mobil serta kontrak dan sewa rumah seiring pola musiman awal tahun dan peningkatan mobilitas masyarakat.
Kenaikan inflasi inti lebih lanjut tertahan oleh deflasi biaya administrasi transfer uang seiring dengan implementasi BI Fast. Secara tahunan, inflasi inti Januari 2022 tercatat sebesar 1,84 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,56 persen (yoy).
"Inflasi inti tetap rendah di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi," jelasnya.
Sementara itu, kelompok volatile food mengalami inflasi 1,30 persen (mtm) pada Januari 2022, melambat dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,32 persen (mtm). Perlambatan tersebut didorong oleh deflasi komoditas cabai merah seiring masuknya periode panen di beberapa sentra produksi.
Perlambatan inflasi
Perlambatan inflasi kelompok volatile food yang lebih dalam tertahan oleh inflasi komoditas daging dan telur ayam ras. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 3,35 persen (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 3,20 persen (yoy).Sedangkan kelompok administered prices pada Januari 2022 mencatat inflasi 0,38 persen (mtm), melambat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,45 persen (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi angkutan udara seiring normalisasi harga pascalibur Natal dan Tahun Baru.
Perlambatan inflasi kelompok administered prices lebih lanjut tertahan oleh inflasi bahan bakar rumah tangga akibat penyesuaian harga LPG nonsubsidi, serta aneka rokok seiring dampak kenaikan cukai tembakau. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 2,37 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,79 persen (yoy).
"Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya tiga plus minus satu persen pada 2022," tutup Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News