Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit ini terjadi karena pendapatan negara tahun lalu sebesar Rp2.003,1 triliun atau di atas target, meskipun belanja negara mencapai Rp2.786,8 triliun atau juga di atas dari pagu APBN 2021.
"Realisasinya Rp783,7 triliun jauh lebih kecil yaitu Rp222,7 triliun lebih kecil dari APBN atau kalau dalam PDB itu sekarang 4,65 persen," kata dia dalam konferensi pers, Senin, 3 Januari 2022.
Ia menyebut, realisasi sementara defisit ini juga jauh lebih kecil dibandingkan perkiraan pada November lalu sebesar 5,1 sampai 5,4 persen dari PDB. Namun ternyata realisasinya juga masih berada di bawah perkiraan didukung penerimaan yang tinggi.
"Ini menggambarkan pada Desember ini penerimaan negara kita melonjak sangat tinggi dan ini luar biasa. Jadi kita belanja Rp506 triliun dan kita mendapatkan juga penerimaan yang sangat kuat Rp560 triliun. Jadi bulan Desember ini saja operasi APBN sangat besar," ungkapnya.
Sri Mulyani menambahkan, realisasi sementara defisit ini juga berada jauh di bawah lima persen dari PDB. Artinya, perbaikan defisit pada 2021 dibandingkan tahun lalu cukup signifikan meskipun pada saat yang sama pemerintah tetap melakukan belanja.
"Ini berarti dibandingkan defisit tahun lalu yang 6,14 persen dari PDB, ini konsolidasi dari fiskalnya sudah luar biasa sangat dalam, sudah cukup solid dalam hal ini. Ini menggambarkan kita bisa cukup menjaga," jelas dia.
Dengan realisasi defisit yang lebih rendah dari target APBN 2021, ia menyebut, pembiayaan anggaran juga mengalami penurunan. Selama 2021, pembiayaan anggaran hanya Rp868,6 triliun atau Rp137,7 triliun lebih rendah dibandingkan target Rp1.006,4 triliun.
"Sejak November kita tidak lagi melakukan issuance (bond) di domestik. Memang waktu itu kita melihat bahwa penerimaan akan meningkat sangat keras meskipun belanjanya tetap kita jaga. Jadi bukan kita ngerem belanja supaya defisitnya lebih kecil," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News