"Aliran modal ke emerging market terus meningkat, disebabkan ketidakpastian dan risiko negara berkembang yang menurun," kata Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI IGP Wira Kusuma di Hotel JW Marriott, Yogyakarta, Sabtu, 23 Maret 2018.
Dirinya menambahkan kebijakan the Fed yang lebih dovish akan diikuti oleh bank sentral negara maju lainnya. Pada saat bersamaan, bank sentral negara berkembang harus bisa menarik likuiditas di pasar global yang beralih dari negara maju ke negara berkembang.
"Makanya suku bunga akan kita jaga agar daya tarik pasar keuangan domestik kita terjaga. Selalu kita bandingkan dengan peers kita, kita bandingkan agar tetap daya tarik pasar keuangan domestik kita tetap baik," jelas dia.
Dengan aliran modal masuk, BI berharap akan berdampak positif terhadap transaksi finansial. Hal ini akan membuat defisit transaksi berjalan bisa ditekan, karena neraca perdagangan juga telah menunjukkan tren positif dengan mencatat surplus USD330 juta di Februari 2019.
Pada Rapat Dewan Gubernur bulanan 21-22 Maret lalu, BI mempertahankan BI 7 day rerverse repo rate sebesar enam persen. Langkah BI dilakukan setelah Fed Fund Rate (FFR) dipertahankan sebesar 2,25 persen hingga 2,50 persen.
Menurut BI, aliran modal masuk ke Indonesia telah mencapai Rp74,4 triliun. Aliran modal asing ini masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp62,5 triliun, serta di pasar modal (equity) sebesar Rp11,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News