Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Chatib Basri menjelaskan, jika sampai Yunani tidak melaksanakan kewajibannya membayar utang yang jumlahnya telah mencapai lebih dari 240 miliar euro maka bisa berakibat buruk bagi perekonomian negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mengatakan, dampak buruk dari sisi ekonomi yakni akan terjadi gejolak pada pasar keuangan di dunia, di mana Indonesia pun akan terseret.
"Saya kira tidak hanya di Indonesia tapi dampak ke semua negara, di mana risiko dari set repricing akan naik, stok market juga. Jadi, pasti ada turbulance di pasar keuangan," kata Chatib, ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Rabu (17/6/2015).
Mantan Gubernur Bank Sentral AS Alan Greenspan telah memperkirakan Yunani bakal segera meninggalkan Uni Eropa, karena tak ada satu negara pun yang mau mengambil risiko meminjamkan uang pada Yunani.
Jika prediksi tersebut benar, maka akan menciptakan ketidakstabilan di pasar keuangan Eropa, di mana negara-negara Eropa yang paling besar membeli surat utang Yunani. Otomatis, perbaikan ekonomi Eropa akan terhambat dan bukan tidak mungkin memicu krisis.
Dampaknya, AS dan Tiongkok sebagai negara yang pertumbuhannya lebih pesat dibanding negara-negara lain akan kehilangan tujuan ekspor yang utamanya adalah kawasan Eropa.
Bukan hanya itu, dana-dana asing akan lari dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Investor akan melepas asetnya karena dianggap memiliki risiko tinggi. Mereka akan memilih untuk memarkir dana di tempat yang terkena risiko kecil, dan lebih memilih untuk menggunakan dolar.
Aksi inilah yang akhirnya akan mengakibatkan mata uang di negara-negara Asia, termasuk Indonesia akan lebih jatuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News