Pemerintah sebelumnya menerbitkan global bonds dengan total USD4,3 miliar. Surat utang ini terdiri dari tiga seri yaitu USD1,65 miliar dengan tenor 10,5 tahun dan imbal hasil (yield) 3,9 persen, USD1,65 miliar tenor 30,5 tahun dan yield 4,25 persen, serta USD1 miliar tenor 50 tahun dan yield 4,5 persen.
"Pemerintah perlu memperhatikan profil utang termasuk kemampuan bayar dengan berbagai pendekatan terhadap rasio utang yang sehat, baik utang jangka pendek atau jangka panjang. Apakah sehat atau justru akan membebani anggaran negara di kemudian hari," kata Yohan di Jakarta, Senin, 20 April 2020.
Menurutnya, pemerintah semestinya tidak hanya melihat rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang masih di bawah 60 persen sebagai indikator bahwa keuangan pemerintah masih sehat. Pemerintah juga harus menghitung rasio utang terhadap pendapatan negara sebagai parameter riil untuk melihat kemampuan negara sebagai debitur.
Dirinya menambahkan, rasio utang terhadap PDB merupakan model formulasi yang diterapkan Dana Moneter Internasional (IMF) namun menuai banyak kritikan. Pasalnya, PDB tidak merupakan perhitungan output seluruh unit usaha barang dan jasa dalam suatu negara selama satu periode waktu tertentu, sehingga tidak mencerminkan kondisi dana tunai sesungguhnya.
Padahal, jika melihat dari sisi penerimaan negara yang didominasi pendapatan pajak terjadi kekurangan (shortfall) dari target tahun anggaran 2019. Defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan juga masih lebar. Dengan demikian, jika dilihat dari sisi penerimaan, negara bisa jadi tidak memiliki kemampuan membayar seluruh kewajibannya (solvable).
"Bukan kita tidak setuju pemerintah berutang, tapi profil utang juga perlu dilihat dari berbagai pendekatan agar lebih solvable. Jangan sampai kita mengobral yield tinggi pada pemegang obligasi, hanya untuk menarik utang besar, tapi bermasalah ke depan dalam hal kemampuan membayar," jelas dia.
Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional ini menyebut, DPR akan mengawasi struktur peruntukkan daripada global bonds yang telah diterbitkan, sehingga pembiayaan yang salah satunya untuk penanganan masalah covid-19 ini bisa tepat sasaran. Dirinya juga meminta penyerapan utang akan lebih produktif untuk mendorong perekonomian secara konkret.
"Kami selalu menyarankan, agar peruntukkan global bond harus benar-benar menyentuh sektor-sektor ekonomi yang dapat benar-benar tumbuh dan padat karya selama masa pandemi, agar peruntukkannya lebih efektif dan tepat sasaran. Jangan sampai cuma mengalir ke sektor padat modal," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News