Menteri Keuangan Sri Mulyani. (FOTO: Medcom.id/Desi Angriani)
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (FOTO: Medcom.id/Desi Angriani)

Sri Mulyani Gunakan Instrumen Fiskal Tekan CAD

Desi Angriani • 13 Agustus 2019 13:18
Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani siap menggunakan instrumen fiskal untuk menekan defisit transaksi berjalan yang kini di angka tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Instrumen fiskal tersebut dapat mendorong kementerian terkait dalam mendorong ekspor.
 
"Kami siap menggunakan instrumen fiskal untuk membantu kementerian terkait dan juga inisiatif dari pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan ekspor," kata Ani, sapaannya, saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2019.
 
Ani menjelaskan insentif tersebut diberikan kepada kementerian yang memberikan andil dalam defisit transaksi berjalan maupun di sektor perdagangan. Antara lain Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan.

"Pokoknya kami siap dengan seluruh instrumennya membantu kementerian terkait dan pemerintah daerah yang bisa ikut memecahkan masalah CAD itu," jelasnya.
 
Menteri bidang Perekonomian Darmin Nasution sebelumnya mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai langkah agar defisit transaksi berjalan sedikit lebih sehat. Salah satunya menghidupkan industri 4.0 maupun hilirisasi pertambangan.
 
"Kita akan menghidupkan betul, baik yang targetnya Kementerian Perindustrian terkait industri 4.0 maupun hilirisasi dari pertambangan, smelter, dan sebagainya," ungkapnya.
 
Selain itu, pemerintah juga terus memperluas penggunaan bahan bakar solar campuran minyak kelapa sawit atau biodiesel. Penggunaan biodiesel jenis B20, katanya mampu menurunkan impor solar sebesar 45 persen pada 2019. Dari jumlah itu, pemerintah berhasil menghemat USD1,66 miliar atau setara Rp23,57 triliun.
 
"Kita sedang bereskan beberapa hambatan, nanti kita ceritakan. Kemudian ada CPO, itu juga kita hilirisasi dari perkebunan," pungkas dia.
 
Adapun pelebaran defisit transaksi berjalan disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor ditambah faktor musiman repatriasi dividen atau pembagian keuntungan perusahaan ke luar negeri di paruh kedua tahun ini.
 
Dalam komponen neraca transaksi berjalan, terdapat neraca transaksi perdagangan barang, neraca jasa, neraca pendapatan primer dan juga neraca pendapatan sekunder.
 
Sementara dari keempat komponen tersebut, pos perdagangan barang dan pendapatan primer adalah dua komponen yang paling menekan transaksi berjalan pada kuartal II-2019.
 
Defisit neraca pendapatan primer di paruh kedua tahun ini mencapai USD8,7 miliar atau meningkat dibanding kuartal II-2018 yang sebesar USD8,02 miliar.
 
Di pos perdagangan barang, setelah tekanan pada ekspor migas, kinerja ekspor nonmigas juga terkontraksi sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun. Ekspor nonmigas tercatat USD37,2 miliar, turun dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar USD38,2 miliar.
 
Defisit neraca perdagangan migas juga meningkat menjadi USD3,2 miliar dari USD2,2 miliar pada triwulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari raya Idulfitri dan libur sekolah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan