Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Kenaikan Cukai Tembakau Bakal Efektif Apabila Struktur Tarif Disederhanakan

Eko Nordiansyah • 08 September 2021 12:45
Jakarta: Struktur cukai saat ini dinilai dapat disederhanakan agar kebijakan kenaikan cukai lebih efektif. Apalagi kebijakan cukai hasil tembakau sebagai penopang utama penerimaan cukai di Indonesia juga belum optimal karena banyaknya lapisan struktur tarif.
 
Peneliti Danny Darussalam Tax Center (DDTC) Denny Vissaro mengatakan, eksploitasi golongan dengan tarif rendah menjadi penyebab tidak optimalnya penerimaan cukai. Pasanya tarif yang lebih rendah tidak lagi dimanfaatkan oleh pabrikan kecil dan menengah saja.
 
"Hal ini justru bertentangan dengan tujuan awal pemisahan golongan dalam cukai Kompleksitas tarif ini malah menciptakan loophole dan pabrikan bisa mengeksploitasi peraturan untuk mendapat tarif lebih rendah," kata dia dalam webinar, Rabu, 8 September 2021.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menambahkan, dengan struktur cukai saat ini pabrikan bisa memanipulasi produksinya agar tetap membayar cukai murah. Ia menyayangkan pembatalan roadmap penyederhanaan cukai yang sebelumnya ditetapkan.
 
"Kenapa sesuatu yang baik ini tidak terjadi dan tidak pernah dipertanyakan pembatalannya? Seharusnya dari struktur strata yang 10 itu menjadi lima strata pada 2021. Ini sangat logis. Saat ini, untuk satu pabrik, golongan cukainya dipisahkan berdasarkan jenis rokok. Ini sangat tidak make sense," jelas dia.
 
Berdasarkan hasil survei rokok ilegal nasional Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2010 hingga 2020, pelanggaran rokok ilegal lebih banyak pada Salah Personalisasi, Salah Peruntukan dan gabungannya. Hal ini berarti ada upaya pemanfaatan tarif cukai yang lebih murah.
 
"Dari segi pelanggaran dan rokok ilegal, penyederhanaan struktur cukai pun dinilai menjadi opsi yang efektif dilakukan untuk mengurangi rokok ilegal. Pelanggaran ini disebabkan struktur tarif cukai yang sangat rumit," ujar Ekonom UGM Kun Haribowo.
 
Selain itu, kompleksitas struktur cukai juga sangat berpengaruh pada tidak tercapainya upaya pengurangan prevalensi merokok di Indonesia khususnya pada anak-anak. Meskipun angka produksi rokok menurun, namun nyatanya konsumsi rokok pada anak tetap tinggi.
 
Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalsum Komaryani menjelaskan, prevalensi perokok Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan kanker paru-paru menjadi 10 penyakit kanker terbanyak di Indonesia untuk laki-laki.
 
"Kami terus berharap agar struktur cukai tembakau dapat terus disederhanakan. Meskipun tadi datanya ada penurunan produksi rokok, tapi tidak berpengaruh terhadap penurunan prevalensi perokok anak. Kita harus memperbaiki keadaan salah satunya menyederhanakan struktur cukai," tutup Kalsum.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan