Bahkan, Rizal mengatakan jika kebijakan ekonomi saat ini masih kaku. Padahal, kebijakan ekonomi masing-masing negara di seluruh dunia telah diterapkan sesuai dengan kondisi negara mereka.
"Bangsa kita jarang menggunakan kebijakan yang sifatnya dinamis dan fleksibel. Misal di seluruh dunia, kalau ekonomi lagi susah suatu negara, biasanya pajak diturunkan. Segala macam peraturan disederhanakan," urai Rizal, dalam Seminar Nasional Mengawal Nawacita, di Hotel Dharmawangsa, Jalan Brawijaya, Jakarta, Kamis (19/11/2015).
Menurut pria berkacamata tersebut, peraturan pajak yang fleksibel tersebut yakni menurunkan pajak ketika ekonomi melemah dan menaikkannya kembali saat ekonomi membaik. Bahkan, pengaturan pajak pun diperketat.
"Ekonomi itu selalu naik turun naik turun. Pada saat turun, semua harus disederhanakan. Stimulus harus diberikan, pajak harus diturunkan. Nanti kalau ekonominya sudah booming bisa dinaikkan kembali," ucap dia.
Dia pun mengusulkan jika makroekonomi Indonesia menerapkan kebijakan countercyclical yang lebih fleksibel dan tidak kaku. Menurutnya, kebijakan ekonomi selama ini dinilai masih dogmatis dan tidak mau berpikir maju (out of the box).
Adapun countercyclical adalah sebuah kebijakan ekonomi yang menerapkan hal bertentangan dengan keadaan yang terjadi saat itu, meredakan ekonomi saat dianggap terlalu panas, atau merangsang saat ekonomi sedang melambat.
"Jadi selama ini kebijakan-kebijakan itu dianggap selalu benar, padahal tidak. Kita ini di dalam melihat kebijakan selalu dogmatis karena tidak pernah mau melihat secara out of the box. Hal-hal yang lama dianggap sebagai kebenaran. Padahal konteksnya sudah berbeda," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id