"Kalau angka-angkanya sudah jelas. Pertumbuhan kita bagus, inflasi rendah, dibandingkan dengan berbagai negara, kita top 5 di global," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin, 26 Februari 2024.
Dari hasil survei LSI, sebanyak 41,4 persen responden menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini dalam tone negatif. Itu terdiri dari 30,8 persen menyatakan buruk dan 10,3 persen menyatakan sangat buruk.
Sebaliknya, sebanyak 34,1 persen masyarakat menyebut kondisi ekonomi Indonesia dalam tone positif, dengan perincian 29,1 persen menyatakan baik dan 5,1 persen yang menyatakan sangat baik.
Mayoritas responden dari survei itu menilai kondisi buruk ekonomi dalam negeri mulai terjadi pada awal 2024. Persepsi negatif tersebut muncul, antara lain, karena adanya kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, seperti beras yang harganya melonjak dalam beberapa waktu belakangan ini. Bahkan, harga bahan pangan lain juga ikut terkerek naik.
Airlangga menyebutkan, kenaikan harga pangan, utamanya beras banyak disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim yang ekstrem di tahun lalu. El Nino dinilai telah mengganggu produktivitas pertanian dan menyebabkan harga komoditas itu mengalami kenaikan harga.
Pemerintah, lanjutnya, juga sudah memprediksi produksi beras di periode Januari-Maret akan lebih rendah dibanding tiga bulan pertama tahun lalu. Itu karena musim tanam yang mundur akibat El Nino.
"Kita harus lihat luas lahan padi. Kita juga mesti lihat musim tanam, dan kemarin ada El Nino, itu real, kita sudah ingatkan dari tahun kemarin. Kita sudah lihat dari Januari, Februari, Maret, dibandingkan tahun lalu itu lebih rendah dan dibandingkan demand juga berkurang satu juta," terang Airlangga.
Baca juga: Bulog: Stok Beras Cukup Penuhi Kebutuhan Ramadan sampai Idulfitri |
Impor beras 2 juta ton
Adapun pemerintah telah menetapkan kuota importasi beras tahun ini sebanyak dua juta ton. Sebanyak 500 ribu ton di antaranya berada dalam posisi komitmen untuk datang ke Tanah Air.
Beras tersebut, kata Airlangga, akan didatangkan dari Vietnam, Thailand, Kamboja, dan beberapa negara lainnya.
Menurut dia, percepatan impor beras menjadi kunci utama untuk mengatasi persoalan kenaikan harga beras di level masyarakat.
"Sehingga tentu percepatan impor salah satunya menjadi solusi. Yang sudah diputuskan kan dua juta, yang sudah komit 500 ribu. 1,5 juta lagi kita harapkan untuk segera direalisasi," kata Airlangga.
Pemerintah, lanjutnya, akan terus mengupayakan untuk mendatangkan beras dari negara lain di tengah ketatnya kebijakan proteksionisme banyak negara. Saat ini juga dinilai tepat untuk melakukan impor lantaran harga beras di level internasional sedang mengalami penurunan.
"Sekarang ini relatif ada penurunan, harga internasional beras kan di USD620 (per metrik ton)," jelas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News