Sebelumnya Bea Cukai telah memiliki laboratorium induk di Jakarta, Medan dan Surabaya serta laboratorium satelit di Tanjung Priok, Soekarno-Hatta dan Dumai. Dengan adanya tiga tambahan ini maka jumlah laboratorium Bea Cukai menjadi sembilan.
Direktur Jenderal Bea Cukai Heru Pambudi mengatakan laboratorium tersebut diyakini bisa mempercepat pelayanan terhadap pengujian dan identifikasi barang ekspor impor dengan kategori valuable goods atau barang yang bernilai tinggi seperti berlian mutiara, kemudian komoditas utama seperti CPO turunannya serta barang berbahaya seperti narkotika.
"Lab adalah unit kita untuk mengidentifikasi barang ekspor impor. Dalam hal ini Bea Cukai bertugas mengawasi barang yang masuk dan beredar," kata Heru di Semarang, Senin, 18 Desember 2017.
Dengan adanya laboratorium identifikasi ini bisa mendukung percepatan dwelling time 2-5 hari, lalu menekan cost logistic karena selama ini jika ada barang dari Semarang yang ingin diidentifikasi maka harus dibawa ke laboratorium di Surabaya dengan ongkos yang ditanggung oleh Bea Cukai.
Hal ini bisa menghemat anggaran negara sehingga ujungnya bisa meningkatkan logistic performance index.
Selain membantu pengujian dan identifikasi barang, laboratorium ini juga berperan dalam upaya penggagalan penyelundupan. Salah satu contohnya yakni menggagalkan ekspor ilegal mutiara dengan nilai Rp45 miliar dan impor berlian Rp2 miliar dengan motif ingin mendapatkan tarif.
"Misal impor berlian asli, yang diberitahukan ke Bea Cukai bilangnya imitasi, padahal ini berlian asli. Lalu pernah kita angkat ekspor mutiara asli yang dilaporkan pada Bea Cukai berupa manik-manik," tutur dia.
Lebih jauh dalam dua tahun ke depan, Bea Cukai akan menambah 17 laboratorium menjadi 26 laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News