Ilustrasi. FOTO: dok MI
Ilustrasi. FOTO: dok MI

Masuk Siklus Pemilu, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramal Capai 5,1% di 2023

Angga Bratadharma • 21 Juli 2023 15:56
Jakarta: Dengan diperkirakannya perekonomian global yang terus melambat dalam beberapa bulan mendatang, Standard Chartered mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi global 2023 di tingkat 2,7 persen. Akan tetapi, menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi pada 2024 menjadi 2,9 persen dari sebelumnya 3,0 persen.
 
Mengutip Standard Chartered, Jumat, 21 Juli 2023, perekonomian di negara maju kemungkinan akan menjadi faktor utama adanya penurunan karena Amerika Serikat (AS) dan Eropa terus berjuang di bawah beban kenaikan suku bunga yang belum pernah terjadi sebelumnya serta kondisi pinjaman yang lebih ketat.
 
Sebaliknya, di Asia, India, dan kawasan ASEAN diperkirakan bisa terus menikmati momentum yang baik dan terus mendukung pertumbuhan global. Adapun ini adalah poin-poin yang disampaikan dalam laporan Standard Chartered Global Focus–Economic Outlook Q3 2023, yang disampaikan pada acara tahunan Global Research Briefing (GRB) H2 2023 untuk Indonesia.

Acara GRB virtual tersebut dibuka oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia Zulkifli Hasan dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan Bank, termasuk perwakilan pemerintah, lembaga keuangan internasional dan nasional, serta para pelaku usaha.
Baca: Gara-Gara Inflasi Tinggi, Ekonomi Jepang Terkoreksi di 2023

Turut hadir mewakili Standard Chartered dalam penyampaian proyeksi ekonomi global dan domestik adalah Chief Economist, ASEAN, and South Asia, Standard Chartered Edward Lee; ASIA FX Strategist, Standard Chartered Divya Devesh; dan Senior Economist, Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra.
 
Perekonomian di negara maju terbukti jauh lebih tangguh dari yang diperkirakan. Kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed dan ECB sejauh ini memiliki dampak terbatas pada perekonomian AS dan kawasan Eropa. Meskipun AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan dalam beberapa bulan ke depan, namun AS telah berhasil menghindari resesi sejauh ini.

 
Sejumlah data juga menunjukkan kawasan Eropa telah tergelincir ke dalam resesi pada periode kuartal IV-2022 dan kuartal I-2023, namun kondisi tersebut masih lebih baik dari perkiraan awal ketika aliran gas Rusia sangat dibatasi pada tahun lalu. Namun demikian, Standard Chartered masih memperkirakan AS masuk ke dalam resesi pada periode kuartal IV-2023 dan kuartal I-2024.
 
Sebaliknya, pertumbuhan di kawasan ASEAN masih tetap sehat meskipun sedikit melambat. Meskipun belum terlihat adanya dampak positif dari dibukanya kembali Tiongkok, Standard Chartered memperkirakan beberapa perekonomian ASEAN –termasuk Vietnam, Indonesia, dan Filipina– akan tumbuh lebih dari lima persen di 2023.
 
"Sementara Thailand dan Malaysia diperkirakan tumbuh di atas empat persen," kata Standard Chartered.
 
Terkait Indonesia, Standard Chartered mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2023 di atas konsensus yakni sebesar 5,1 persen. Pandangan konsensus terlihat semakin mendekati pandangan Standard Chartered setelah keluarnya hasil PDB kuartal pertama yang lebih kuat dari perkiraan awal.
 
Sampai saat ini, konsumsi rumah tangga naik tipis sebesar 4,5 persen secara year-on- year dan pertumbuhan investasi melambat menjadi dua persen, sementara pertumbuhan ekspor masih relatif kuat di tingkat 12 persen.
 
"Kami perkirakan konsumsi domestik akan terus meningkat di semester kedua, dengan didorong oleh inflasi yang rendah, aktivitas perekonomian yang kembali normal, serta peningkatan belanja pemilu," jelas Aldian Taloputra.
 
Standard Chartered juga menurunkan perkiraan rata-rata inflasi 2023 untuk Indonesia menjadi 3,9 persen (perkiraan akhir tahun: 3,1 persen) dari sebelumnya 4,1 persen (3,5 persen). Hal ini mencerminkan inflasi year-to-date yang lebih rendah dari perkiraan, serta ekspektasi Standard Chartered bahwa inflasi makanan akan relatif stabil.
 
Inflasi makanan turun menjadi 1,2 persen year-on-year di Juni dari tingkat tertinggi year-to-date sebesar 7,6 persen di Februari, dengan dibantu oleh koordinasi antara bank sentral dan pemerintah untuk mempertahankan persediaan makanan yang memadai dan terus meningkatkan logistik.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan