Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.

OJK Juga Sambut Kelonggaran LTV

Eko Nordiansyah • 01 Juni 2016 16:44
medcom.id, Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mendukung upaya Bank Indonesia (BI) yang akan melonggarkan kebijakan Loan To Value (LTV) melalui pelonggaran kebijakan makroprudensial. Langkah ini sejalan dengan harapan pengusaha properti bahwa hal itu akan mendorong kenaikan kredit properti.
 
Upaya ini perlu karena kredit properti sedikit melambat di awal tahun. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) perbankan pada kuartal I-2016 hanya sebesar delapan persen menjadi Rp345,9 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Sedangkan KPR pada kuartal I tahun lalu mencapai angka sebesar 12,5 persen menjadi Rp320,4 triliun dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya.
 
"Kita sambut baik. Saya kira dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan kredit lebih cepat terutama di sektor properti," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad ditemui di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Rabu (1/6/2016).

Baca : REI Minta BI Percepat Pelonggaran LTV
 
Muliaman menambahkan OJK sudah memberikan masukan kepada bank sentral terkait kebijakan yang bisa diambil untuk mendongkrak pertumbuhan kredit. Hanya saja, dirinya enggan membeberkan sejauh mana masukan yang diberikan oleh OJK.
 
Muliaman juga tetap meminta agar kebijakan yang diterapkan BI tak berimbas negatif bagi industri perbankan. Salah satunya agar bank tetap menjaga rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tetap terjaga.
 
"Banyak opsi-opsi yang bisa dimanfaatkan. Tapi harus dipertimbangkan banyak hal karena jangan sampai membuat resiko lain. Bisa GWM, bisa Loan To Value. Tapi kami dengan BI selalu kerja sama," jelas dia.
 
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo menegaskan, pelonggaran kebijakan makroprudensial akan dikeluarkan pada kuartal III-2016. Langkah ini diambil untuk mendongkrak pertumbuhan kredit yang pada awal tahun ini mengalami kelesuan.
 
"Dalam kondisi di lapangan ada peran dari perlambatan ekonomi dunia dan dampaknya terhadap perlambatan ekonomi di Indonesia. Kemudian juga demand dari rumah tangga Indonesia yang rendah. Akibatnya, permintaan kredit lebih pelan. Ini yang kita bahas," sebut Agus beberapa waktu lalu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan