Jakarta: Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan kenaikan anggaran belanja pemerintah menjadi motor penggerak ekonomi di tengah krisis akibat pandemi.
"Motor penggerak perekonomian saat ini adalah dari belanja pemerintah," katanya dikutip dari Antara, Rabu, 4 November 2020.
Luky menjelaskan konsumsi pemerintah melambung tinggi karena direalisasikan melalui berbagai bantuan dan insentif yang diberikan kepada masyarakat terdampak pandemi. Hal ini dikarenakan sektor penggerak ekonomi lainnya mengalami pukulan sangat berat seperti konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor, dan impor.
"Pemerintah berupaya untuk menjaga daya beli masyarakat khususnya bagi mereka yang terdampak yaitu menengah ke bawah," ungkap dia.
Adapun insentif tersebut dialokasikan dalam beberapa program seperti jaminan perlindungan sosial, dukungan dunia usaha termasuk UMKM baik berupa bantuan sosial, insentif perpajakan, keringanan subsidi bunga, serta fasilitas penjaminan.
Di sisi lain, berbagai bantuan dan insentif tersebut memberikan pengaruh kepada APBN yakni terjadinya defisit cukup dalam sehingga memerlukan pembiayaan dalam rangka menutupnya.
"Bagaimana pemerintah untuk menutup pembiayaan tersebut? Salah satu caranya dengan menerbitkan surat berharga negara (SBN) atau disebut obligasi negara," terang dia.
Sebab itu, ia mengimbau masyarakat yang masih memiliki kelebihan dana dan ingin berinvestasi dapat berkontribusi dalam mengelola risiko defisit dengan membeli instrumen yang diterbitkan pemerintah.
Sebab, pemerintah terus melakukan diversifikasi dalam rangka mengelola risiko tersebut melalui penerbitan SBN berbentuk valas, rupiah, konvensional, hingga sukuk atau berbasis syariah.
"Itu bagian dari diversifikasi upaya pengelolaan portofolio dari pemerintah," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id