Meski diklaim lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun lalu yang hanya mencapai Rp67 triliun, namun capaian kali ini tentu tak menggembirakan bagi pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi. Sebab, masih di bawah 50 persen. Tentu hal ini tidak sejalan dengan keinginan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mardiasmo mengatakan masih rendahnya belanja modal disebabkan karena pembayaran yang dilakukan di kuartal akhir atau menumpuk di kuartal ke empat. Kondisi seperti itu diakui sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap penyerapan belanja modal. Akan tetapi, pemerintah siap menggenjot penyerapan dimaksud.
"Biasanya pihak ketiga yang melaksanakan dia ingin semua diterima sekaligus di akhir tahun. Jadi biasanya on the pipeline sudah, tapi pembayaran dan realisasinya menggunakan kuartal yang terakhir," kata Mardiasmo, kepada Metrotvnews.com, di Jakarta, seperti diberitakan Kamis 21 September September 2017.
Namun, mantan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ini memastikan, belum maksimalnya penyerapan belanja modal bukan karena anggaran yang diperlukan tidak ada. Dia menyatakan anggaran yang dibutuhkan telah tersedia dan kemungkinan yang baru dibayar hanya termin satu.
Sementara termin dua dan tiga dibuat sekaligus di termin akhir. Lebih jauh, tambahnya, jika melihat pola tahunan maka biasanya penyerapan belanja modal tak sampai 100 persen dan hanya 90-95 persen setiap tahunnya.
Di sisi lain, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan belanja modal memang harus didorong agar serapannya lebih baik. Menurutnnya serapan yang masih rendah menjadi kebiasaan kementerian dan lembaga yang menunda-nunda penggunaan hingga akhir November-Desember.
"Memang harus didorong lagi terus supaya k/l membelanjakan. Kita akan membicarakan dalam pemerintahan," pungkas Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id