Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, penyampaian RAPBN 2017 merupakan hal yang paling penting dan begitu ditunggu pasar. Pemerintah juga diminta agar lebih realistis dalam menyusun asumsi makro yang akan ditetapkan dalam RAPBN tahun depan.
"Pasar mengharapkan agar pemerintah lebih realistis dalam penyusunan RAPBN mempertimbangkan kinerja pengelolaan fiskal dalam dua tahun terakhir yang cukup mengkhawatirkan," ujarnya kepada Metrotvnews.com, di Jakarta, Selasa (16/8/2016).
Realisasi penerimaan pajak yang terus menurun menurut dia menjadi salah satu hal yang harus diwaspadai pemerintah. Pada 2014 realisasi pajak mencapai 92 persen dari target, sedangkan pada 2015 realisasi pajak hanya mencapai 83 persen dari target yang ditetapkan.
"Ini mencerminkan pemerintah terlalu optimistis dalam mengejar penerimaan pajak padahal kondisi siklus bisnis masih lesu dan menurun. Langkah awal yang sangat baik dari Menkeu yang menyatakan bahwa pemerintah harus terus menjaga kredibilitasnya dalam mengelola fiskal," jelas dia.
Meskipun saat ini pemerintah tengah menjalankan program tax amnesty, namun potensi kekurangan pajak cukup besar mencapai Rp219 triliun. Karena itu pemangkasan anggaran belanja pemerintah bisa menjadi jalan yang paling tepat supaya tak menghambat target pertumbuhan ekonomi sekira 5,2 persen.
"Dengan lebih realistis, pemerintah akan lebih optimal mengelola ekspektasi pasar karena menurut saya alangkah baiknya realisasi yang melampaui target daripada realisasi yang jauh di bawah target," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News