"Perekonomian nasional sejak awal 2015 mengalami kelesuan akibat gejolak yang melanda perekonomian global, terutama karena perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok yang sulit diprediksi serta turunnya harga komoditas dunia," ujarnya, seperti dikutip Antara, di Kupang, Senin (12/10/2015).
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang mengatakan hal tersebut sebagai tanggapannya mengenai efektifitas paket kebijakan ekonomi pemerintahan dan Bank Indonesia (BI) serta dampaknya kepada pemulihan ekonomi Indonesia.
"Apakah tiga paket kebijakan yang telah dikeluarkan Presiden Jokowi akan menurunkan biaya produksi dan biaya distribusi bahan baku dan hasil produksi, ataukah akan seperti pasar terus mengikuti realisasi dan perkembangan," ungkapnya.
Menurut dia, paket ekonomi terutama tahap tiga, yang menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dan pertamax, gas dan listrik, belum bisa dikatakan cukup efektif untuk menurunkan biaya produksi, biaya distribusi bahan baku, dan hasil produksi, karena nasih menunggu dan melihat implementasi di lapangan.
Meskipun, katanya, di sisi lain, paket kebijakan itu diperkirakan akan mendorong lagi produktivitas dan memulihkan 30.000 lapangan kerja bagi buruh yang sempat dipecat.
"Memang untuk industri menengah ke atas paket ketiga ini baik, namun untuk kalangan menengah ke bawah terutama rakyat di pedalaman, paket ini belum efektif menggairahkan daya beli masyarakat yang sempat jatuh sejak beberapa bulan terakhir," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News