FOTO:ANTARA/ASEP FATHULRAHMAN
FOTO:ANTARA/ASEP FATHULRAHMAN

Perbaiki Politik Fiskal, Jokowi-JK Diminta Genjot Sisi Suplai Komoditas

Suci Sedya Utami • 24 Juli 2014 05:03
medcom.id, Jakarta: Ekonom The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip mengimbau kepada presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar memperbaiki masalah suplai komoditas.
 
"Persoalan ekonomi kita lebih kepada sisi suplai," terang Sunarsip di temui di Gedoeng Joang, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (23/7/2014).
 
Menurut Sunarsip, dalam 10 tahun terakhir kelompok masyarakat menengah meningkat, dengan pendapatan yang mencukupi maka daya beli mereka pun bertambah. Artinya dengan pertumbuhan lower middle income saat ini, bahkan akan menjadi middle middle income pada tahun mendatang menyebabkan demand atau permintaan terhadap barang dan jasa ikut meningkat.

Celakannya, demand yang tinggi tidak dibarengi dengan suplai yang memadai sehingga Indonesia kerap kali mengimpor barang kebutuhan yang tak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
 
"Jadi demand gak ada masalah, Namun kita menghadapi sisi suplai yang keteteran, akibatnya impor," ucapnya.
 
Impor inilah, kata Sunarsip yang menyebabkan neraca dagang Indonesia selalu mengalami defisit sejak 2012 lalu. "Dua tahun lalu itu pertama kalinya defisit sejak Orde Baru, 2013 juga defisit. Tahun lalu sampai dengan data Mei kemarin menunjukkan defisit. Tekanan impor masih kuat," tuturnya.
 
Sunarsip menyebut untuk memperbaiki politik fiskal, dalam jangka pendek Jokowi-JK harus mampu memperbaiki neraca dagang serta perbaikan struktur suplai untuk jangka menengah. Misalnya membenahi penyumbang defisit terbesar yakni suplai energi.
 
"Kelompok kelas menengah itu konsumsi BBMnya tinggi, sejak 2003 produksi minyak kita sudah negatif. Setiap hari kita impor minyak 300 ribu barel, karena kilang kita cuma mampu berproduksi 800 ribu bph, sedangkan konsumsi mencapai 1,1 juta bph," jelasnya.
 
Lebih lanjut ia menambahkan politik fiskal Indonesia terlalu mengarah kepada consumption oriented, pemerintah terlalu takut mengambil kebijakan untuk mengurangi porsi anggaran berdasarkan daya beli masyarakat menengah. Kedepannya kedua putera bangsa terpilih ini harus mendukung adanya faktor lain dalam menggerakkan pertumbuhan, yakni dari sisi investasi.
 
"Jangan tergantung dari sektor konsumsi dan mengganti ke sektor investasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan saya pemerintah baru lalukan itu kalau ingin perubahan dalam ekonomi kita," tandasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(BEO)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan