Ekonomi Indonesia. Foto : MI.
Ekonomi Indonesia. Foto : MI.

Ekonomi RI Diramal Minus 2% di Kuartal Ketiga

Husen Miftahudin • 25 Agustus 2020 19:55
Jakarta: Direktur Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Muhammad Faisal memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 masih terkontraksi hingga minus dua persen secara year on year (yoy). Secara keseluruhan 2020, ekonomi RI diprediksi terkontraksi di kisaran minus 1,5 persen hingga tiga persen.
 
"Artinya kalau dibandingkan dengan kuartal kedua yang minus 5,3 persen, itu sudah lebih ringan tingkat kontraksinya, sama-sama kontraksi. Secara teknis masuk resesi, tapi kalau kita melihat trennya, kuartal ketiga kita perkirakan lebih baik," ujar Faisal dalam diskusi virtual di Jakarta, Selasa, 25 Agustus 2020.
 
Meski secara teknis pertumbuhan ekonomi nasional akan masuk ke dalam jurang resesi, namun Faisal lebih menitikberatkan pada tren pemulihan. Pun terhadap esensi pertumbuhan perekonomian yang secara perlahan mengalami perbaikan.

"Jangan terjebak dari sisi teknis apalagi di kuartal ketiga saja, saya khawatir kehilangan esensinya. Esensi yang terjadi di lapangan, terutama di masyarakat kelas bawah. Itu tidak banyak berbeda terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi yang minus 0,5 persen dengan pertumbuhan ekonomi yang positif 0,5 persen," paparnya.
 
Pemerintah seharusnya memfokuskan pemulihan ekonomi agar resesi tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam. Bukan hanya untuk kuartal ketiga, melainkan berkelanjutan di kuartal-kuartal seterusnya.
 
Menurut Faisal jika hanya melihat dua kuartal, yakni kuartal II dan III, maka sebenarnya negara-negara lain di dunia juga merasakan hal yang sama. Hanya Tiongkok dan Vietnam yang mampu terlepas dari jurang resesi karena sudah siaga sedari awal munculnya pandemi.
 
"Sedikit negara yang bisa menghindari, dan itu adalah negara-negara yang tidak terlepas dari penanganan covid-19 sejak awal, yaitu Tiongkok dan Vietnam. Mereka sejak awal memang sigap, sejak awal mereka memang sangat-sangat serius (terhadap penanganan pandemi)," ucapnya.
 
Dengan demikian, Faisal menyarankan agar pemerintah fokus untuk mempercepat implementasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Program ini diharap mampu meningkatkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang jeblok imbas pandemi.
 
Sektor ini pula yang bisa diandalkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi domestik. Sebab akan sulit bila pemerintah memaksakan untuk meningkatkan ekspor dan impor lantaran negara-negara lainnya juga mengalami hal yang serupa.
 
"Dari sisi kecepatan implementasi, memastikan bantuan sosial (bansos) tepat sasaran itu penting. Tapi tidak kalah penting juga adalah memastikan distribusinya cepat. Kita sekarang memang kondisinya tidak ideal, dua-duanya mesti jalan," tegas Faisal.
 
Langkah tersebut harus dilakukan, karena banyak masyarakat kalangan bawah yang tidak bisa menunggu lama-lama menerima penyaluran bansos dari pemerintah. "Dia kan bergantung pada pendapatan harian, bahkan banyak yang bergantung pada BLT (Bantuan Langsung Tunai), bahkan sebelum adanya wabah," pungkas Faisal.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan