“Saya kira kalau kita melihat dari historis setidaknya perbandingan di tahun lalu memang kita harus akui bahwa pertumbuhan ekonomi bergerak ke arah yang lebih baik. Dan saya katakan bahwa jika ukuran on the tracknya itu proses pemulihan ekonomi progresnya saya kira ini memang sesuai apa yang diharapkan oleh pemerintah dan juga kita sebagai masyarakat,” kata Yusuf dalam keterangan resminya, Rabu, 5 Mei 2021.
Menurutnya bantuan pemerintah atau stimulus yang disalurkan ke masyarakat yang terdampak pandemi menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Kemudian penanganan covid-19 yang semakin membaik juga menimbulkan kepercayaan dan memberikan sentimen positif terhadap dunia usaha.
“Saya kira kita tidak boleh lepaskan fakta bantuan pemerintah yang disalurkan mulai dari tahun lalu sampai dengan tahun ini menjadi salah satu faktor yang ikut berdampak terhadap proses pemulihan ekonomi.Kalo kita lihat trennya sekarang kan mengalami penurunan saya kira ini tentu tren yang cukup positif,” jelasnya.
Ia pun optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus melaju positif di kuartal berikutnya seiring momentum Ramadan dan Idulfitri. Naiknya konsumsi rumah tangga dalam momen tersebut akan menjadi katalis yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal II.
“Nah apabila kita komparasikan dengan kondisi di tahun lalu tentu kondisi di tahun ini sudah jauh lebih baik. Pertama masalah aktivitas masyarakat yang sudah jauh lebih bergeliat sehingga itu juga mendorong aktivitas perekonomian,” tambah dia.
Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 belum akan mampu menyentuh angka tujuh persen sesuai dengan proyeksi pemerintah. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi berada di kisaran empat persen.
“Namun diskusi berikutnya apakah pertumbuhan ekonomi positif ini akan mencapai proyeksi yang disampaikan pemerintah di angka tujuh persen, kami melihatnya memang belum akan sampai ke sana,” pungkas Yusuf.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 masih mengalami kontraksi 0,74 persen secara year on year. Kontraksi terjadi karena konsumsi rumah tangga belum positif meski mengalami perbaikan.
Selain konsumsi rumah tangga, kontraksi pada komponen investasi juga menyebabkan pertumbuhan ekonomi belum bisa positif. Padahal investasi menyumbang hampir 32 persen dari PDB, sehingga bersama konsumsi rumah tangga totalnya mencapai 88,9 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News