"Tahun depan defisit (APBN) 4,7 persen tapi dengan estimasi penerimaan negara sebelum ada commodity boom dan sebelum kita ada UU pajak. Kita berharap defisitnya bisa lebih rendah dari ada di dalam UU (APBN)," katanya dalam acara Kompas CEO Forum 2021, Kamis, 18 November 2021.
Sri Mulyani menjelaskan terdapat faktor yang melatarbelakangi defisit 2022 lebih rendah yakni adanya implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) dan commodity boom yang akan meningkatkan pendapatan negara tahun depan.
Commodity boom sendiri merupakan sebuah fenomena adanya permintaan komoditas dalam sebuah negara yang mulai pulih sehingga mendorong kenaikan harga.
Tak hanya defisit 2022, Sri Mulyani pun turut memperkirakan defisit anggaran tahun ini akan lebih rendah yaitu sekitar 5,2 persen sampai 5,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp873,6 triliun.
Perkiraan defisit anggaran tersebut lebih rendah dibanding asumsi dalam UU APBN 2021 yang sebesar 5,7 persen PDB atau Rp1.006,4 triliun. "Nanti masih akan ada barang yg bergerak satu setengah bulan ini. Ini lebih kecil dari yang kita lihat dari UU APBN 2021," ujarnya.
Hal itu salah satunya didorong oleh prediksi pendapatan negara tahun ini yang akan tumbuh 16,3 persen (yoy) atau Rp1.916 triliun dari target dalam APBN sebesar Rp1.743,6 triliun. Untuk realisasi pendapatan negara tahun lalu sebesar Rp1.647,7 triliun atau 96,9 persen dari target Rp1.699,9 triliun atau turun 15,9 persen (yoy) yakni Rp312,8 triliun dari 2019.
Pendapatan negara akan tumbuh 16,3 persen (yoy) salah satunya didorong oleh adanya konsumsi masyarakat yang sempat turun hingga sekitar satu persen namun tetap resilient. Hingga Oktober 2021, pendapatan negara telah melonjak hingga 18,2 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yaitu dari Rp1.277 triliun menjadi Rp1.510 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id