Meski begitu, di satu sisi nilai tukar rupiah akan jeblok jika BI Rate diturunkan. Terlebih anjloknya rupiah sempat menyentuh level Rp14.500 per dolar Amerika Serikat (USD) dan cadangan devisa (cadev) Indonesia tersisa hanya USD105,34 miliar.
"Menarik bagi pengusaha lokal jika BI Rate diturunkan. Menarik juga jika BI Rate dinaikkan, namun dampak negatifnya terhadap sektor riil domestik juga tidak dapat diterima. Dengan demikian, keberanian BI untuk mempertahankan BI Rate adalah langkah yang tepat," ujar Martin dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Minggu (20/9/2015).
Maka itu, tambah dia, langkah lanjutan perlu dilakukan oleh pemerintah pasca diluncurkannya deregulasi dan debirokratisasi dalam paket kebijakan ekonomi tahap pertama atau Paket September tahap satu harus ditranslasikan dengan mengeluarkan peraturan-peraturan.
"Walaupun nampaknya terburu-buru, namun berbagai peraturan tersebut perlu dikeluarkan dengan kualitas yang tinggi untuk mendorong perekonomian dan menjaga rupiah agar tak anjlok," papar dia.
Martin memprediksi, pasca the Fed sudah melakukan moratorium kenaikan suku bunga, maka dalam beberapa bulan ke depan pemerintah Indonesia bisa bertindak dengan asumsi the Fed yang akan konstan dan Tiongkok yang akan membersihkan volatilitasnya.
"Kondisi ini memberikan window of opportunity selama beberapa bulan ke depan sehingga pemerintah bisa berupaya menggerakkan perekonomian dengan kondisi eksternal yang relatif stabil," tutup Martin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
