Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral sudah memilili protokol yang jelas untuk mengantisipasi segala kemungkinan. Ini termasuk mengantisipasi risiko aliran dana keluar (outflow) dari Indonesia karena pergerakan pasar di AS yang menguat dampak dari pilpres.
"BI kan sudah mempunyai suatu protokol yang memang sudah kuat bahwa dari sisi kebijakan kita apakah suku bunga, kurs, yang saya jelaskan tadi memang diarahkan untuk stabilkan kurs sesuai fundamental. Jadi first line atau penjagaan kebijakan itu menjaga krediblitas dan konsisten harus kami lakukan," kata dia di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (9/11/2016).
Selain itu, BI akan selalu ada di pasar dan siap melakukan intervensi apabila terjadi instabilitas terhadap rupiah yang tak sesuai fundamental. Bahkan, BI mengklaim jika cadangan devisa yang pada akhir Oktober sebesar USD115 miliar masih mencukupi untuk menopang pergerakan rupiah.
"Cadangan devisa itu kan sekarang besar, jauh lebih dari cukup untuk tidak hanya menstabilkan kurs tapi juga antispasi risiko-risiko pembalikan modal asing (outflow), which is yang saya yakini risikonya kecil karena confident terhadap domestik cukup kuat," jelas dia.
Baca: Partai Republik Diproyeksikan Pertahankan Mayoritas Senat AS
Selain itu, BI yang memiliki kerja sama bilateral swap dengan negara lain meyakini jika antisipasi pelemahan rupiah akibat dana keluar akan mampu diminimalisir. Apalagi stabilitas makroekonomi dalam negeri diyakini mampu menjaga pergerakan rupiah tetap stabil.
"Kami juga ada bilateral swap arrangement dengan Tiongkok, Jepang dan lain-lain. Kami sudah punya layer-layer bukan hanya antisipasi tetapi juga mengendalikan stabilitas," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News