Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Keuangan Senin, 16 Agustus, realisasi defisit tersebut tercatat karena penerimaan negara baru terkumpul Rp775,2 triliun atau 43,4 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBNP) 2016 Rp1.786,2 triliun. Sementara belanja negara sudah terserap Rp1.037,6 triliun atau 49,8 persen dari pagu sebesar Rp2.082,9 triliun.
Untuk menutup defisit tersebut, pemerintah telah melakukan pembiayaan sebesar Rp299,2 triliun yang berasal dati pembiayaan utang sebesar Rp303,3 triliun dan non-utang sebesar negatif Rp4,1 triliun. Untuk pembiayaan utang bersumber dari penerbitan SBN dan penarikan pinjaman, sedangkan non-utang berumber dari perbankan dalam negeri.
Realisasi pembiayaan utang berasal dari penerbitan surat berharga negara (SBN) neto Rp326,6 triliun, penarikan pinjaman dalam negeri sebesar Rp400 miliar dan penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp23,7 triliun.
Tercatat, penerbitan SBN secara gross mencapai sebesar Rp501,3 triliun atau 82 persen dari target gross APBNP 2016 sebesar Rp611,4 triliun yang terdiri dari penerbitan SBN valas sebesar Rp152,4 triliun atau setara dengan USD10,5 miliar.
Pemerintah menggunakan strategi front loading (penerbitan di awal) terhadap penerbitan SBN gross,untuk memanfaatkan likuiditas, membiayai realisasi defisit APBN yang cukup besar sejak awal tahun, dan membiayai uang jatuh tempo atau membeli kembali (buyback). Kumlah SBN jatuh tempo dan buyback mencapai Rp175,3 triliun.
Lebih jauh, berdasarkan hasil realisasi defisit anggaran dan realisasi pembiayaan, maka terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) sebesar Rp36,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id