Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: MI/Ramdani
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: MI/Ramdani

Gegara Harga Minyak, Pemerintah Revisi Asumsi Dasar Makro

Annisa ayu artanti • 07 September 2023 18:38
Jakarta: Pemerintah mengubah asumsi dasar ekonomi makro dalam postur sementara RAPBN 2024 seiring dengan perkembangan ekonomi terkini dan prospek perekonomian ke depan.
 
Perubahan asumsi dasar makro itu terutama menyangkut harga minyak yang bergerak cepat beberapa waktu terakhir.
 
"Kalau kita lihat keputusan Saudi dan Rusia untuk menahan jumlah produksi juga telah menimbulkan kenaikan dari harga minyak. Di satu sisi prospek perekonomian global terutama Amerika dan RRT tentu menjadi salah satu faktor," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI pada yang dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Kamis, 7 September 2023.
 
Baca juga: Pemerintah Pede Target Kemiskinan Ekstrem Capai 0% pada 2024

Menkeu menjelaskan, asumsi harga minyak mentah (ICP) pun disesuaikan menjadi USD82 per barel dan lifting minyak bumi menjadi 635 ribu barel per hari. Sementara itu, asumsi lain masih sesuai dengan yang diusulkan dalam RAPBN 2024.

Adapun, sasaran dan indikator pembangunan tidak mengalami perubahan tetapi ditambahkan komitmen penurunan tingkat kemiskinan ekstrem di angka 0-1 persen sebagai agenda prioritas Presiden Joko Widodo.

Target pendapatan negara dinaikkan

Sri Mulyani mengungkapkan, target pendapatan negara dinaikkan Rp21 triliun dari Rp2.781,3 triliun menjadi Rp2.802,3 triliun.
 
Jika dirinci, penerimaan perpajakan meningkat Rp2 triliun menjadi Rp2.309,9 triliun terutama didorong dengan implementasi core tax system, kegiatan digital forensic, dan menjaga efektivitas implementasi reformasi perpajakan.
 
Sementara, target PNBP meningkat lebih besar sebanyak Rp19 triliun menjadi Rp492 triliun dipengaruhi oleh penyesuaian asumsi makro, upaya inovasi layanan, dan perbaikan tata kelola yang akan dilakukan.
 
"Kita telah membahas dan nanti akan disampaikan juga tambahan untuk belanja sebesar 21 triliun artinya kenaikan ini tidak mengurangi defisit. Defisit tetap dijaga pada 522,8 triliun secara nominal atau secara GDP adalah 2,29. Jadi nominal untuk defisitnya tidak berubah," jelas Sri Mulyani.
 
Baca juga: RAPBN 2024 Dirancang sebagai Shock Absorber

Ia menuturkan, tambahan Belanja Negara antara lain dialokasikan untuk Belanja K/L sebesar Rp3,8 triliun, tambahan subsidi energi Rp3,2 triliun, kompensasi BBM dan Listrik Rp10,1 triliun, dan cadangan pendidikan Rp3,9 triliun.
Peningkatan subsidi energi dilakukan terutama karena penyesuaian asumsi harga minyak mentah serta penetapan volume yang diarahkan agar lebih realistis sesuai kebutuhan.
 
Lebih lanjut, bendahara negara itu menjelaskan pembiayaan nonutang dalam bentuk investasi juga mengalami beberapa perubahan. Pertama, investasi kepada BUMN atau PMN dinaikkan Rp12,1 triliun dari Rp18,6 triliun menjadi Rp30,7 triliun. Sementara, cadangan pembiayaan dialihkan menjadi PMN sebesar 12,1 triliun.
 
"Dengan demikian, komposisinya saja yang berubah dalam pembahasan Panja A. Tidak ada perubahan total yaitu 176,2 namun komposisi berubah dari cadangan pembiayaan dari 25,8 dinaikkan menjadi PMN pada BUMN sebesar 12,1 sehingga total PMN BUMN menjadi 30,7 sedangkan cadangan pembiayaan turun menjadi 13,7," jelas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan