"Banyak perusahaan dalam negeri yang akhirnya tutup. Pola pikir tidak bisa digunakan seperti pola pemerintahan SBY akhir 2014, harus ada upaya-upaya kreatif dalam mengejar pendapatan baru," tutur Haryadi, dalam diskusi dengan topik Catatan RAPBN 2016, di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (15/8/2015).
Kebijakan fiskal seharusnya lebih berat untuk fungsi budgeter. Haryadi mengatakan hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan Amerika Serikat (AS).
"Seperti krisis AS di 2008, stimulan tetap jalan. AS itu utangnya lebih besar dari kita. Jangan timbulkan kontra produktif," paparnya.
Lebih lanjut, Haryadi mengatakan pihaknya tidak terlalu mengkhawatirkan target pertumbuhan ekonomi yang dipatok sebesar 5,5 persen dalam RAPBN 2016. Pengusaha justru menanyakan target penerimaan negara yang tinggi, seperti halnya penerimaan pajak.
"Kalau melihat angka pertumbuhan ekomomi 5,5 persen, pandangan kami moderat, dapat dicapai. Tapi kalau penerimaan, misalnya pajak, itu tanda tanya besar," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News