Ketua DK-OJK Wimboh Santoso. FOTO: OJK
Ketua DK-OJK Wimboh Santoso. FOTO: OJK

Bos OJK: Insentif Jadi Kunci Raih Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5%

Husen Miftahudin • 22 Februari 2022 14:02
Jakarta: Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menilai kebijakan-kebijakan terkait insentif bagi para pelaku usaha dan masyarakat masih dibutuhkan untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi. Bahkan, insentif juga mampu mendorong perekonomian domestik di atas lima persen pada tahun ini.
 
Upaya ini sejalan dengan target pemerintah yang membidik ekonomi Indonesia tumbuh hingga 5,2 persen di 2022. Karena itu, momentum pemulihan perlu terus didorong mengingat perekonomian di 2021 sudah tumbuh sebesar 3,69 persen (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang terkontraksi hingga minus 2,07 persen (yoy).
 
"Ini adalah momentum yang bagus bagaimana kita melihat sektor-sektor yang perlu kita dorong dan perlu kita kasih kebijakan insentif agar bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi kita pada tahun ini dan tahun-tahun depan di 2023," ujar Wimboh, dalam acara Green Economy Outlook 2022 yang disiarkan secara virtual, Selasa, 22 Februari 2022.

Menurut Wimboh, insentif perlu lebih menyasar pada sektor konsumsi rumah tangga dan investasi. Sebab jika melihat dari sisi kontribusinya terhadap pertumbuhan 3,69 persen (yoy) tahun lalu, mayoritas berasal dari komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi sebesar 1,21 persen dan konsumsi rumah tangga sebesar 1,09 persen.
 
Apalagi, konsumsi rumah tangga pada tahun lalu menunjukkan pembalikan kondisi setelah di 2020 terkontraksi hingga negatif 2,63 persen meski masih lebih rendah dibandingkan dengan masa sebelum pandemi di 2019 yang tumbuh sebesar 5,04 persen.
 
Konsumsi rumah tangga juga masih menjadi kontributor terbesar terhadap perekonomian Indonesia tahun lalu dengan menyumbang sebanyak 54,42 persen atau lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
 
"Jadi kalau kita mau menggenjot PDB kita di tahun ini atau tahun depan, ini konsumsi rumah tangga yang mempunyai peran besar kita harapkan bisa tumbuh di atas lima persen sebagaimana tahun-tahun sebelumnya di masa sebelum pandemi," harapnya.
 
Wimboh menekankan bahwa pemerintah dan otoritas lain bersama-sama mengeluarkan kebijakan insentif fiskal, moneter, dan sektor keuangan. Selain menghalau dampak pandemi, upaya ini juga bertujuan untuk mengakselerasi pemulihan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
 
"Ini semua membuahkan hasil, bahwa tujuan utama di antaranya kita bisa ada belanja untuk vaksin, bisa belanja untuk social benefit, bisa belanja untuk healthcare, bisa belanja untuk macam-macam agar semua bisa bertahan," tegas dia.
 
Oleh karena itu, sebutnya, kebijakan-kebijakan insentif ini perlu terus dilanjutkan mengingat saat ini sedang berada pada fase pemulihan ekonomi. Terlebih, sudah hampir 70 persen masyarakat Indonesia divaksin.
 
Di sektor perbankan dan pasar modal pun saat ini tengah bergairah dan menuju normal. Bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebelumnya sempat terpuruk hingga di bawah level 4.000, sekarang sudah menyentuh level 6.900.
 
"Ini semua kita mempunyai modal yang bagus untuk pemulihan ekonomi kita. Akhir 2021 kemarin PDB kita sudah di angka 3,69 persen, ini adalah trajectory (saat-saat) yang bagus untuk menuju di atas lima persen pada akhir tahun ini," pungkas Wimboh.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan