Ekonom Senior Indef Didik J Rachbini mengatakan konsumsi pemerintah yang diharapkan menjadi pengendali ekonomi tidak berjalan baik. Itu tercermin dari konsumsi pemerintah tercatat tumbuh negatif 6,9 persen pada kuartal II tahun ini.
"Fungsi pemerintah menahan pertumbuhan minus tidak berjalan. Justru pemerintah menjadi sumber kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negatif," kata dia dalam video conference di Jakarta, Kamis, 6 Agustus 2020.
Didik menambahkan, jika konsumsi pemerintah tidak membaik di kuartal selanjutnya maka bisa dipastikan Indonesia akan masuk resesi. Menurutnya, pemerintah harus menjadi pilar utama untuk mendorong perekonomian di kuartal III dan IV-2020.
"Jika pilar utama pemerintah ambruk, dan ini sama persis dengan dinamika kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi pandemi. Jadi ekonomi tidak teratasi, pandemi tidak teratasi, maka ekonomi lebih jauh tumbuh negatif," ungkapnya.
Pada kuartal II-2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh negatif 5,32 persen secara year on year (yoy). Kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II sebagai dampak dari tekanan pandemi covid-19.
Dibandingkan kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tumbuh negatif 4,19 persen. Sementara secara kumulatif untuk semester I-2020, ekonomi Indonesia tumbuh minus 1,26 persen dibandingkan dengan semester I tahun lalu.
Seluruh komponen pertumbuhan ekonomi juga mencatat pertumbuhan negatif di kuartal II-2020, yaitu konsumsi rumah tangga minus 5,51 persen, investasi minus 8,61 persen, ekspor minus 11,66 persen, konsumsi pemerintah minus 6,9 persen, konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) minus 7,76 persen, dan impor minus 16,96 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News