Secara global, kondisi keuangan memang belum stabil mengingat kemungkinan normalisasi The Fed dan adanya inflasi negatif Euro dan Jepang. Selain itu pemulihan ekonomi negara-negara maju yang lama, perkembangan negara berkembang yang melemah karena masalah struktural menjadi penyebab lainnya.
Saran yang sama juga datang dari Presiden World Bank Group, Jim Yong Kim. Menurut Jim, negara berkembang perlu berhati-hati mengalokasikan sumber daya fiskal.
Arah pertumbuhan Tiongkok, kata dia, seharusnya dapat membuka peluang negara lain menjadi rantai pasokan global. "Sayangnya, Indonesia belum dapat turut serta karena belum ada transformasi dari eksportir komoditi menjadi negara manufaktur," cetusnya.
Indonesia hanya berpeluang untuk memperluas investasi terutama Foreign Direct Investment (FDI). Oleh sebab itu transformasi dalam pengurusan investasi harus segera dieliminasi.
Pertumbuhan ekonomi global sendiri akan ada di 3 persen pada 2015, lebih cepat 0,4 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan akan naik 3,3 persen pada 2016 tapi melambat 0,1 persen di 2017.
"Ekonomi dunia berkembang beragam dan tidak merata dengan mewaspadai suku bunga Bank sentral yang tetap rendah, respon kebijakan negara maju yang divergen, sampai perdagangan dunia yang belum pasti," pungkas Kim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News