Demikian disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo, ditemui usai acara 'Rakornas Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) 2018' di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis, 26 Juli 2018.
"CAD itu di bawah persentase tiga persen dari PDB, maka ini masih aman. Kenapa defisit naik? Karena impor-impor yang produktif, impor bahan baku dan produksi meningkat," kata Perry.
Dengan meningkatnya angka impor produksi, ujar dia, akan memberi tanda jika tingkat ekonomi akan menjadi semakin baik. Tak hanya itu, angka impor produksi yang naik diharapkan bisa berakselerasi dengan pembangunan infrastruktur yang ada saat ini.
"Impor barang modal, ada akselerasi ke infrastruktur, tidak semua bahan baku didapat dari dalam negeri, seperti pelat baja. Makanya, ini adalah impor barang modal yang produktif untuk negeri ini," tambah dia.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara sebelumnya menyatakan defisit neraca transaksi berjalan akan melebar, dari posisi USD20 miliar di 2017 menjadi USD25 miliar di tahun ini. "Itu juga di bawah tiga persen (dari PDB)," ungkap Mirza.
Demi membiayai defisit transaksi berjalan, maka butuh modal masuk. Perhatian BI untuk jangka pendek ini mengarah ke modal masuk, khususnya ke portofolio yang sudah ada.
Maka dari itu, Mirza mengaku, menjadi alasan BI untuk aktif kan kembali Sertifikasi Bank Indonesia (SBI) yang telah dilelang pada Senin, 23 Juli 2018.
"Selama ini bank pakai SDBI, sekarang BI buka SBI. SBI ini boleh dibeli asing, sementara SDBI tak diperbolehkan. Jadi harapannya, dengan begitu seminggu kemudian bank itu jual ke investor asing. Ada instrumen lain yang kami sediakan untuk bisa investor masuk ke sini (Indonesia)," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News