"Surplus perdagangan melebar karena impor tahunan tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan. Akibatnya, surplus perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 meningkat menjadi USD5,67 miliar dibandingkan USD4,97 miliar pada September 2022. Angka realisasi di atas perkiraan kami sebesar USD4,42 miliar dan perkiraan konsensus pasar sebesar USD4,50 miliar," ungkapnya kepada Media Indonesia, Selasa, 15 November 2022.
Lebih lanjut, secara kumulatif atau dari Januari sampai Oktober 2022, neraca perdagangan tercatat sudah surplus USD45,52 miliar, lebih besar dari surplus pada periode yang sama di 2021 sebesar USD30,90 miliar dan sudah di atas surplus perdagangan setahun penuh 2021 sebesar USD35,42 miliar.
Meskipun neraca perdagangan terbukti telah mencatatkan surplus, Faisal menilai surplus perdagangan akan mengalami penyempitan ke depannya.
"Pertumbuhan impor telah mengikuti pertumbuhan ekspor, oleh karena itu kami mempertahankan pandangan kami surplus perdagangan cenderung menyempit ke depan," kata Faisal.
Menurutnya, impor diperkirakan akan terus sejalan dengan ekspor untuk beberapa bulan ke depan di tengah pemulihan ekonomi yang kuat, yang menunjukkan peningkatan permintaan domestik.
Baca juga: Neraca Perdagangan RI Surplus USD5,67 Miliar di Oktober 2022 |
Di sisi lain, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas terlihat tertahan di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global yang bersumber dari lonjakan inflasi global yang mengarah pada normalisasi moneter global yang semakin agresif, yang pada akhirnya dapat melemahkan permintaan global. "Hal ini berisiko memberikan pelemahan kinerja ekspor," tuturnya.
Berkat surplus perdagangan yang relatif besar pada kuartal II-2022 dan kuartal III-2022, Faisal melihat neraca transaksi berjalan pada 2022 berpotensi membukukan surplus lebih besar dari perkiraan awal sebesar 0,45 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) atau kemungkinan mendekati satu persen dari PDB.
"Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan realisasi Neraca Pembayaran kuartal III-2022. Kami memperkirakan neraca transaksi berjalan akan terus mencatat surplus sekitar 1,0 persen sampai 1,1 persen dari PDB. Hal ini dapat mendukung cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah sampai taraf tertentu, dengan latar belakang arus keluar modal karena reli kenaikan suku bunga kebijakan global," pungkas Faisal.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News