Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, pernyataan Fed Chairman yang lebih hawkish mendorong ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih cepat dan lebih tinggi. Dampaknya mata uang negara lain termasuk Indonesia mengalami pelemahan seiring penguatan dolar AS.
"Hal tersebut mendorong pembalikan modal asing dan tekanan pelemahan nilai tukar pada berbagai mata uang dunia termasuk Indonesia," kata dia di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 22 Maret 2018.
Dirinya menambahkan pelemahan rupiah masih berlangsung pada awal Maret 2018 seiring dengan memburuknya sentimen pasar terkait dengan penerapan inward-oriented trade policy yang dikhawatirkan mendorong retaliasi dari negara lain.
"Bank Indonesia akan terus mewaspadai meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global dan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," jelas dia.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi mengatakan BI tidak menargetkan level tertentu terkait nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, bank sentral akan terus memantau level dan volatilitas nilai tukar rupiah.
"Kami menggunakan inflasi sebagai kerangka kebijakan moneter dan stabilisasi nilai tukar. BI menghitung seberapa besar daya saing rupiah terhadap mata-mata uang di regional, sehingga tidak berarti level rupiah menjadi target," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News