Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)

RAPBN 2018

Jaga Keseimbangan Makro Alasan Kebijakan Fiskal Ekspansif Ditempuh

Desi Angriani, Angga Bratadharma • 06 Juni 2017 13:53
medcom.id, Jakarta: Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan bahwa ditempuhnya kebijakan fiskal yang ekspansif di 2018 dimaksudkan untuk menjaga momentum dan meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing serta menjaga keseimbangan makro sekaligus mewujudkan kesejahteraan.
 
"Pemerintah memahami dan akan secara konsisten mendorong pengelolaan fiskal ke depan semakin sehat dan berkelanjutan," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mewakili pemerintah, menanggapi pandangan fraksi-fraksi DPR RI terhadap kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun anggaran 2018, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 6 Juni 2017.
 
Ani, biasa ia disapa, menjelaskan, esensi kebijakan ekspansif adalah untuk tetap menjaga agar peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai instrumen fiskal dalam menstimulasi perekonomian dapat berfungsi secara optimal di tengah keterbatasan anggaran. Hal ini juga sejalan dengan perbaikan yang terus dilakukan.

Namun demikian, lanjut Ani, apabila pendapatan negara belum sepenuhnya memadai untuk menopang belanja negara maka dimungkinkan mencari sumber pembiayaan utang sepanjang dikelola secara efisien, produktif, memenuhi aspek kehati-hatian serta mempertimbangkan kemampuan membayar dan keadilan antargenerasi.
 
Sedangkan upaya untuk meningkatkan efisiensi biaya utang dalam penerbitan Surat Berhaga Negara (SBN) dapat ditempuh dengan pemilihan waktu yang tepat dalam pengadaan utang, mendorong penerbitan SBN valas secara terukur sebagai upaya diversifkasi pasar guna mengantisipasi dinamika likuiditas dan biaya utang yang kompetitif.
 
"Hal ini dilakukan agar tujuan pengelolaan SBN untuk membiayai defisit dapat tercapai dengan biaya yang minimal pada tingkat risiko yang terkendali," ujar Ani.
 
Di sisi lain, Ani tidak memungkiri, perkembangan defisit anggaran dalam lima tahun terakhir memiliki kecendurungan meningkat. Namun, tambahnya, relatif terkendali risikonya dan dalam batas aman yakni berada di bawah tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
 
Adapun defisit pada 2012 tercatat sebesar 1,86 persen terhadap PDB menjadi sebesar 2,49 persen terhadap PDB di 2016, dan menjadi sebesar 2,41 persen terhadap PDB dalam APBN 2017. Sedangkan keseimbangan primer mulai negatif pada 2012 yaitu menjadi negatif 0,64 persen terhadap PDB dan cenderung meningkat menjadi negatif 1,01 persen terhadap PDB di 2016.
 
"Sedangkan keseimbangan primer pada 2017 diperkirakan mencapai negatif 0,79 persen terhadap PDB. Namun demikian, defisit tetap ada dalam APBN sebagai upaya memenuhi tantangan pembangunan di tengah belum optimalnya pendapatan negara," tutur Ani.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan