Plt Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM Yuliot memberi contoh biaya investasi di Indonesia harganya lebih tinggi.
"Harga tanah di kawasan industri di Indonesia USD170-USD225 per meter persegi, sementara di Vietnam USD50-USD90 per meter persegi," kata Yuliot saat dihubungi Medcom.id, Jumat, 6 September 2019.
Begitu juga dengan realisasi kenaikkan upah per tahun yang lebih tinggi. Yuliot menerangkan upah minimum untuk Jakarta sebesar USD279 per bulan, sedangkan Hanoi USD180 per bulan. "Kenaikan upah di Indonesia per tahun lebih besar dari delapan persen, sedangkan Vietnam 3,3 sampai 5,7 persen," terangnya.
Selanjutnya, tarif pajak Indonesia yang sebesar 25 persen, sedangkan Vietnam hanya 20 persen.
Yuliot melanjutkan, biaya logistik yang diperlukan investor cukup tinggi. Dia mengatakan rantai pasok (supply chain) manufaktur di dalam negeri terbatas sehingga investor yang berkecimpung di industri manufaktur harus impor.
"Di sisi lain, terdapat pembatasan impor bahan baku," kata dia. Selebihnya, rumitnya perizinan dan registrasi produk masih menjadi kendala yang cukup menghambat.
Presiden Joko Widodo sebelumnya kecewa lantaran peralihan modal dan manufaktur dari Tiongkok mengalir deras ke Vietnam. Hal itu imbas dari kemudahan perizinan dan investasi di negara tersebut.
Berdasarkan laporan Bank Dunia, sebanyak 33 perusahaan asal Tiongkok memutuskan keluar dari Amerika Serikat. Dari jumlah itu, 23 di antaranya memilih berinvestasi di Vietnam. Sisanya, kabur ke Malaysia, Kamboja, dan Thailand.
Pada 2017, sebanyak 73 perusahaan Jepang berelokasi ke kawasan Asia Tenggara. Sebanyak 43 di antaranya memilih Vietnam, 11 perusahaan ke Thailand, dan Filipina. Sementara Indonesia hanya ketiban 10 perusahaan Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News