Ilustrasi ekonomi Indonesia - - Foto: MI/ Ramdani
Ilustrasi ekonomi Indonesia - - Foto: MI/ Ramdani

Dua Kunci RI Keluar dari Middle Income Trap

Husen Miftahudin • 05 Maret 2021 17:43
Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan Indonesia menjadi negara maju pada 2034. Di tahun itu, Jokowi optimistis pendapatan per kapita masyarakat RI mencapai USD23 ribu dan menjadikan Indonesia sebagai negara kelima dengan ekonomi terkuat dunia.
 
Guna merealisasikan cita-cita tersebut dan menjadikan Indonesia keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap), Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi membeberkan dua kunci utamanya.
 
"Apa yang mesti kita kerjakan? Jadi kita mesti mengerjakan beberapa hal di mana untuk mengembangkan GDP (Produk Domestik Bruto) ini ada beberapa pilarnya. Pertama adalah investasi," ujar Lutfi dalam acara Rakernas Hipmi XVII dengan tema Berinovasi Bangkitkan Ekonomi, Jumat, 5 Maret 2021.


Terkait hal ini, Lutfi mengacu pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan salah satu komponen penyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan merepresentasikan besaran investasi. Pada 2018 kontribusi PMTB ke struktur PDB Indonesia sebanyak 34 persen.
 
Sayangnya kontribusi PMTB terhadap PDB RI di 2020 melorot menjadi 31 persen. Padahal untuk membuat ekonomi Indonesia tumbuh tinggi, maka investasi harus berkontribusi sekitar 39 persen sampai 40 persen dengan trajectory growth (lintasan pertumbuhan) sebesar 7,3 persen per tahun.
 
"Artinya apa? Artinya kita tidak bisa membedakan antara investasi lokal atau internasional. Lokal sama internasional saja tidak bisa dibedakan, apalagi investasi yang datang dari satu negara ke negara yang lain," tuturnya.
 
Oleh karena itu pemerintah gencar mengundang investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu langkahnya adalah dengan membuat Undang-Undang Cipta Kerja.
 
"Ini penting, bahwa untuk Indonesia maju medannya akan terbuka, investasinya. Oleh sebab itu kita mesti bersaing, bukan antarprovinsi satu pengusaha, tapi kita mesti bersaing sebagai kelas dunia. Ini yang mesti kita kerjakan," tegas dia.
 
Kunci kedua adalah manufaktur, dalam hal ini berasal dari perdagangan hingga akhirnya menjadi barang primadona nonmigas untuk ekspor. Adapun kontribusi manufaktur terhadap PDB pada tahun lalu sekitar 22 persen.
 
Namun untuk menjadi negara maju, kontribusi sektor manufaktur RI harus naik menjadi 32 persen dengan trajectory growth 7,8 persen per tahun. Sementara untuk ekspor dan impor Indonesia yang pada tahun lalu hanya sekitar 33 persen sampai 34 persen, harus didorong menjadi 54 persen.
 
"Sekarang ekonomi kita ini ditopang oleh konsumsi, ditopang oleh pembelanjaan, gaya hidup. Hampir 59 persen datangnya dari konsumsi. Oleh sebab itu agar ekspor impor kita tinggi, kita mesti membuka pasar untuk kita bisa menjual lebih. Enggak bisa hanya mau jual saja tetapi enggak mau membeli, karena kita masuk dalam global value chain. Jadi kita mesti bersaing, bukan antara kita, tapi juga dengan pelaku-pelaku ekonomi internasional," pungkas Lutfi.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan