Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto : Medcom.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto : Medcom.

Sri Mulyani Yakin Pertumbuhan Ekonomi RI Lebih Tinggi dari Proyeksi OECD dan IMF

Suci Sedya Utami • 27 Oktober 2021 15:37
Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih tinggi dari proyeksi Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dan Dana Moneter Internasional (IMF). Ia menyebut, proyeksi OECD untuk ekonomi Indonesia tahun ini yang hanya sebesar 3,7 persen dan IMF sebesar 3,2 persen terlalu rendah.
 
Sri Mulyani mengungkapkan, rendahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari dua lembaga internasional ini karena merebaknya covid-19 varian delta. Namun, dengan upaya pengendalian dari pemerintah yang cukup cepat dan efektif menyebabkan, pemerintah optimistis bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
 
"Outlook untuk pertumbuhan ekonomi kuartal III kita menjadi lebih baik yaitu 4,5 persen, dan untuk kuartal depan kita perkirakan akan tumbuh ke 5,4 persen. Jadi secara keseluruhan pemerintah memperkirakan proyeksi ekonomi ini empat persen, lebih tinggi dari IMF yang 3,2 persen dan OECD 3,7 persen," kata dia dalam video conference, Rabu, 27 Oktober 2021.

Ia menambahkan, seluruh proyeksi ekonomi negara-negara di dunia saat ini tergantung pada kemampuannya mengendalikan covid-19, terutama varian delta. Dengan upaya pemerintah yang berhasil mengendalikan kenaikan kasus, ditambah percepatan vaksinasi dan penegakan protokol kesehatan akan menjadi kunci untuk menormalisir kegiatan ekonomi.
 
"Kita berharap terjaga sampai akhir tahun dan tahun depan, sehingga disiplin protokol kesehatan sangat-sangat penting, karena ini sangat menentukan kemampuan kita untuk menormalisir kegiatan ekonomi dan memulihkan ekonomi kembali. Di sisi lain juga kita terus lakukan dan akselerasi vaksinasi," ungkapnya.
 
Sri Mulyani menyebut, pemerintah masih akan menggunakan instrumen APBN untuk terus mendorong dan mendukung kegiatan ekonomi baik dari sisi masyarakat, agregat demand, konsumsi, maupun investasi. Dengan pertumbuhan belanja modal yang melonjak sampai di atas 60 persen menunjukkan dukungan untuk pemulihan ekonomi.
 
"Pada saat yang sama dengan kenaikan harga komoditas, CPO, batubara, dan juga komoditas lain memberikan juga tambahan penerimaan yang menyehatkan APBN. Semua cerita ini menunjukkan kepada ekonomi pulih, APBN pulih, dan kemampuan bertahan dari sektor-sektor produksi termasuk korporasi akan semakin baik," pungkas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan