"Sistem keuangan kita relatif konservatif dan berhati-hati, di mana perusahaan kita tidak banyak menempatkan dana di surat utang berisiko seperti surat utang Evergrande. Sehingga dampak dari krisis Evergrande ke sektor keuangan kita tidak akan besar," kata dia kepada Medcom.id, Jumat, 24 September 2021.
Meski begitu, Piter menyebut, kewaspadaan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bisa dimaklumi. Ia menambahkan, pemerintah memang tetap harus menyiapkan kemungkinan terburuk apabila krisis Evergrande ini menimbulkan dampak lebih besar terhadap perekonomian global.
Namun ia meyakini pemerintah Tiongkok tidak akan tinggal diam dengan krisis yang menimpa pengembang terbesar kedua di negara tersebut. Piter mengungkapkan, Tiongkok pasti belajar dari pengalaman Amerika Serikat (AS) ketika terjadi krisis akibat kasus Subprime Mortgage pada 2008 lalu.
"Saya meyakini pemerintah Tiongkok tidak akan membiarkan Evergrande gagal bayar dan bangkrut. Evergrande too big to fail. Tiongkok pasti belajar dari pengalaman pemerintah AS yang membiarkan bangkrutnya Lehman Brothers pada 2009 yang kemudian memicu krisis di Amerika dan global," ungkapnya.
Sri Mulyani sebelumnya mewaspadai dampak yang ditimbulkan akibat krisis Evergrande Group di Tiongkok. Menurut dia, pemerintah akan mewaspadai apa yang terjadi didalam perekonomian Tiongkok dengan adanya fenomena gagal bayar dari perusahaan sebesar Evergrande ini yang bisa berdampak secara global.
"Total utangnya mencapai USD305 miliar dan mereka akan mengalami situasi tidak mudah dan memiliki dampak yang luar biasa besar baik pada perekonomian domestik di Tiongkok maupun di dunia," kata dia dalam video conference di Jakarta, Kamis, 23 September 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News