Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pemerintah-BI 'Mati-matian' Jaga Sektor Keuangan di Tengah Gonjang-ganjing Gejolak Global

M Ilham Ramadhan • 09 November 2022 14:32
Jakarta: Pemerintah memastikan bakal terus bersinergi dan berkolaborasi dengan Bank Indonesia (BI) dalam menghadapi gejolak pasar keuangan global. Hal itu dibutuhkan untuk menjaga sektor keuangan nasional tetap terjaga dengan baik.
 
"Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus melakukan sinergi erat untuk menjaga dampak yang ditimbulkan dari meningkatnya risiko keuangan global," ungkap Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adi Budiarso kepada Media Indonesia, Rabu, 9 November 2022.
 
Upaya untuk menjaga ketahanan sektor keuangan dalam negeri juga akan dilakukan pemerintah melalui beragam kerja sama multilateral. Ini diantaranya dilakukan melalui forum G20, dengan International Monetary Fund (IMF), Grup Bank Dunia, dan Dewan Stabilitas Keuangan (Financial Stability Board/FSB).

"Pemerintah dan BI dalam lingkup KSSK juga terus mempersiapkan coordinated policy response untuk memitigasi dampak risiko global dan menjaga momentum pemulihan ekonomi," jelas Adi.
 
Hal tersebut berkaitan dengan posisi cadangan devisa Indonesia yang terus mengalami penurunan dalam empat bulan terakhir. Pada Juni 2022 cadangan devisa tercatat sebesar USD136,4 miliar dan terus turun hingga Oktober menjadi USD130,2 miliar.
 
Dalam kurun waktu tersebut, cadangan devisa mengalami penurunan hingga USD6,2 miliar. Adi mengatakan, penurunan cadangan devisa disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan mendukung upaya stabilisasi rupiah.
 
Posisi cadangan devisa per Oktober 2022 itu setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran utang pemerintah. Ini disebut masih aman bila mengacu standar internasional, yakni cadangan devisa setidaknya harus bisa memenuhi kebutuhan tiga bulan impor.
 
Baca juga: Perbaikan Ekonomi Indonesia Dorong Kenaikan Penawaran Lelang SUN

 
Adi mengatakan, Indonesia saat ini terus berupaya menjaga stabilitas rupiah. Langkah ini dilakukan juga untuk menjaga keamanan cadangan devisa negara. "Saat ini memang sedang terjadi volatilitas nilai tukar global. Menguatnya dolar AS ke level tertinggi dalam dua dekade terakhir menjadi pemicu pelemahan nilai tukar di banyak negara," urainya.
 
"Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di banyak negara. Bahkan, poundsterling dan euro sempat mengalami pelemahan terbesar dalam sejarah terhadap dolar AS," tambah Adi.
 
Untuk itu, respons yang dilakukan Indonesia dipastikan terukur. Ini bisa dilihat dari upaya BI dalam melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah yang disebut relatif berhasil.
 
"Upaya stabilisasi nilai tukar tersebut relatif berhasil. Meskipun melemah, kinerja rupiah masih relatif lebih baik dibandingkan dengan banyak negara lain, baik di kawasan Asia maupun global," pungkas Adi.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan