Kontraksi itu cukup besar yakni minus 0,96 persen jika dibanding kuartal sebelumnya minus 0,4 persen pada kuartal keempat 2020. Peningkatan jumlah kasus Covid-19 pada awal 2021 mengharuskan perpanjangan pembatasan setempat sehingga memperlambat laju perekonomian.
Rincian tersebut menunjukkan bahwa ekspor dan peningkatan pasokan (inventory) membantu pencapaian PDB di kuartal pertama 2021, sementara segmen lain menyusut lebih kecil. Konsumsi turun 1,8 persen dibanding kuartal pertama 2020, setidaknya lebih baik jika dibandingkan dengan minus 2,6 persen (rata-rata) pada dua kuartal sebelumnya.
Konsumsi rumah tangga dan swasta pun turun lebih besar di angka minus 2,2 persen, terbukti dengan melemahnya kepercayaan konsumen, penjualan eceran, dan kelambatan pembukaan kembali bidang pariwisata. Belanja pemerintah naik tiga persen vs 1,8 persen pada kuartal keempat 2020. Hal ini menunjukkan bahwa percepatan pencairan dana pemulihan ekonomi akan menopang pertumbuhan
Perkiraan resmi berubah dalam beberapa minggu terakhir dengan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan 2021 sebesar 4,1-5,1 persen dan Kementerian Keuangan sebesar 4,5-5,3 persen (DBSf: empat persen).
"Efek dasar akan menonjol pada kuartal kedua dan ketiga, dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mematok pertumbuhan PDB kuartal kedua di angka 6,9-7,8 persen," ujar DBS Group Research dalam keterangan resminya, Senin, 10 Mei 2021.
DBS mengatakan bahwa selain vaksinasi sebagai katalis utama, perdagangan dan dukungan fiskal, manajemen pandemi akan tetap berperan penting dalam memuluskan jalan untuk kebangkitan ekonomi.
Stabilisasi nilai dolar Australia dan dolar AS memberikan kelegaan pada pasar dalam negeri. Imbal hasil obligasi rupiah menguat dari tingkat tertinggi pada Maret, sementara nilai rupiah mengurangi kerugian, dengan depresiasi sebesar 2,7 persen sejak awal tahun.
"Unsur penyeimbang, seperti kepemilikan asing lebih kecil di ibligasi pemerintah, defisit transaksi berjalan yang dapat dikelola, operasi mata uang asing reguler oleh pihak berwenang untuk menahan gejolak, dan dorongan investasi lebih luas untuk menarik arus dana masuk, kemungkinan mendukung rupiah pada tahun ini," jelas DBS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News