"Kalau kita lihat realisasi belanja juga ternyata lambat menyebabkan dana di pemerintah daerah (tersimpan di bank) mengalami kenaikan," kata dia dalam video conference, Jumat, 24 Juni 2022.
Bahkan jika dibandingkan tiga tahun sebelumnya, simpanan pemda di bank pada Mei lalu merupakan yang tertinggi. Pasalnya, simpanan pemda di bank pada Mei 2021 sebesar Rp172,5 triliun, Rp165,5 triliun pada Mei 2020, dan Rp197,6 triliun pada Mei 2019.
Jika dirinci, simpanan pemda tertinggi berada di Jawa Timur yang mencapai Rp25,84 triliun, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sedangkan simpanan terendah ada di Sulawesi Barat sebesar Rp1,15 triliun, diikuti oleh Kepulauan Riau dan Gorontalo.
Sementara itu, realisasi belanja APBD sampai Mei 2022 adalah Rp241,15 triliun atau baru 20,9 persen dari pagu Rp1.152,2 triliun. Realisasi ini mengalami penurunan 9,4 persen dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp266,19 triliun atau 22,5 persen dari pagu.
Rendahnya realisasi belanja ini juga disebabkan oleh realisasi transfer ke daerah dan dana desa yang turun 4,6 persen. Bahkan realisasi Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik, DAK Nonfisik, Dana Insentif Daerah (DID) seluruhnya mengalami penurunan.
"Artinya transfer ke daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat terutama tadi DAU yang naik meskipun DBH mengalami kontraksi, DAK dan DAK non fisik mengalami penurunan, termasuk belanja di daerah mengalami kontraksi yang cukup dalam," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News