"Perempuan mendapat dampak lebih besar karena dunia kesehatan, pendidikan, dan sosial didominasi oleh perempuan, karena yang terhantam atau terkena langsung di bidang kesehatan dan dampak sosial sangat besar, maka dampak covid jauh lebih besar ke perempuan," kata dia dalam webinar, Rabu, 22 Desember 2021.
Ia mengungkapkan, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja juga masih terbilang rendah sebesar 54 persen dibandingkan laki-laki yang mencapai 82 persen. Selain itu, kebanyakan perempuan bekerja di sektor informal dengan produktivitas rendah sehingga upah yang diterima juga jauh lebih kecil sehingga makin tertekan selama pandemi.
"Ini menyebabkan kita harus melihat sebuah PR dan tantangan bersama untuk memajukan perempuan didalam memberikan kesempatan sehingga mampu tidak hanya kontribusi diri sendiri tapi juga sangat memperhatikan kemajuan diri, bagi keluarga dan negara atau perekonomian, ini yang paling penting," ungkapnya.
Untuk mengatasi masalah ketidaksetaraan gender tadi, Kementerian Keuangan telah memasukkan gender responsif budgeting pada belanja negara sejak lama. Kebijakan ini digunakan sebagai alat untuk mulai perencanaan, anggaran, monitoring, dan tracking bagaimana belanja negara mendukung kesetaraan gender.
"Karena sering kalau kita tidak melihat dimensi gender, belanja negara bisa menjadi tidak simetris, manfaatnya bagi perempuan atau laki-laki atau menjadi diskriminatif. Sehingga dana menjalankan menganggarkan dan tracking apakah dimensi sisi gender terjaga, memberikan kesempatan yang sama," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News