"Tapi kalau ini bisa kita mulai tangani dengan baik, dengan adanya vaksin, kita di 2023 akan kembali di bawah tiga persen," kata Luhut dalam webinar sore dengan tema investasi di tengah pandemi, Sabtu, 25 Juli 2020.
Luhut menjelaskan defisit APBN saat ini sebesar 6,34 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp1.039 triliun. Pelebaran defisit terjadi lantaran pemerintah menaikkan porsi pinjaman atau utang sebagai upaya pemenuhan sisi fiskal dalam menghadapi pandemi covid-19.
Jika pandemi masih berlanjut, maka defisit APBN masih akan di atas empat persen. Bahkan di 2020, diperkirakan masih di level 3,8 persen atau melebihi batas UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengatur defisit APBN di bawah angka tiga persen.
Begitu pula rasio utang terhadap PDB mengalami peningkatan dari 30,2 persen pada 2019 menjadi 37,6 persen. Namun rasio utang tersebut dinilai masih berada di batas yang aman. Dalam UU 17 tersebut, rasio utang dipatok pada batas 60 persen dari PDB.
"Namun ini masih lebih rendah dibandingkan negara-negara dunia lainnya, Kalau orang bilang segala macam, ya memang harus dilakukan (penambahan utang) tapi masih sangat-sangat terkendali," terangnya.
Luhut menambahkan keyakinan terhadap penurunan defisit anggaran seiring uji klinis vaksin covid-19 yang berasal dari Sinovac Tiongkok oleh Kimia Farma.
"Bila tidak ada kendala, maka di akhir 2020 atau paling lambat awal 2021 vaksin tersebut sudah bisa diproduksi," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id